Page 18 - Microsoft Word - KeruntuhanTeoriEvolusi
P. 18
malah kemungkinan besar akan merusaknya atau tidak berpengaruh sama sekali. Gempa bumi tidak akan
5
memperbaiki kota, tetapi menghancurkannya.
Tidak mengherankan, sejauh ini tidak ditemukan satu mutasi pun yang berguna. Semua mutasi telah
terbukti membahayakan. Seorang ilmuwan evolusionis, Warren Weaver, mengomentari laporan The Committee
on Genetic Effects of Atomic Radiation, sebuah komite yang meneliti mutasi yang mungkin disebabkan oleh
senjata-senjata nuklir selama Perang Dunia II, sebagai berikut:
Banyak orang akan tercengang oleh pernyataan bahwa hampir semua gen mu-tan yang diketahui ternyata
membahayakan. Jika mutasi adalah bagian penting dalam proses evolusi, bagaimana mungkin sebuah efek yang
6
baik — evolusi ke bentuk kehidupan lebih tinggi — berasal dari mutasi yang hampir semuanya berbahaya?
Setiap upaya untuk “menghasilkan mutasi yang menguntungkan” berakhir dengan kegagalan. Selama
puluhan tahun, evolusionis melakukan berbagai percobaan untuk menghasilkan mutasi pada lalat buah, karena
serangga ini bereproduksi sangat cepat sehingga mutasi akan muncul dengan cepat pula. Dari generasi ke
generasi lalat ini telah dimutasikan, tetapi mutasi yang menguntungkan tidak pernah dihasilkan. Seorang ahli
genetika evolusionis, Gordon Taylor, menulis:
Pada ribuan percobaan pengembangbiakan lalat yang dilakukan di seluruh dunia selama lebih
7
dari 50 tahun, tidak ada spesies baru yang muncul... bahkan satu enzim baru pun tidak.
Seorang peneliti lain, Michael Pitman, berkomentar tentang kegagalan percobaan-percobaan yang
dilakukan terhadap lalat buah:
Morgan, Goldschmidt, Muller, dan ahli-ahli genetika lain telah menempatkan beberapa generasi lalat
buah pada kondisi ekstrem seperti panas, dingin, terang, gelap dan perlakuan dengan zat kimia dan radiasi.
Segala macam jenis mutasi, baik yang hampir tak berarti maupun yang positif merugikan, telah dihasilkan.
Inikah evolusi buatan manusia? Tidak juga. Hanya sebagian kecil monster buatan ahli-ahli genetika tersebut
yang mungkin mampu bertahan hidup di luar botol tempat mereka dikembangbiakkan. Pada kenyataannya,
8
mutan-mutan tersebut mati, mandul, atau cenderung kembali ke bentuk asal.
Hal yang sama berlaku bagi manusia. Semua mutasi yang teramati pada manusia mengakibatkan
kerusakan berupa cacat atau kelemahan fisik, misalnya mongolisme, sindroma Down, albinisme, dwarfisme
atau kanker. Namun, para evolusionis berusaha mengaburkan permasalahan, bahkan dalam buku-buku
pelajaran evolusionis contoh-contoh mutasi yang merusak ini disebut sebagai “bukti evolusi”. Tidak perlu
dikatakan lagi, sebuah proses yang menyebabkan manusia cacat atau sakit tidak mungkin menjadi “mekanisme
evolusi” — evolusi seharusnya menghasilkan bentuk-bentuk yang lebih baik dan lebih mampu bertahan hidup.
Sebagai rangkuman, ada tiga alasan utama mengapa mutasi tidak dapat dijadikan bukti yang mendukung
pernyataan evolusionis:
1) Efek langsung dari mutasi membahayakan. Mutasi terjadi secara acak, karenanya mutasi hampir
selalu merusak makhluk hidup yang mengalaminya. Logika mengatakan bahwa intervensi secara tak sengaja
pada sebuah struktur sempurna dan kompleks tidak akan mem-perbaiki struktur tersebut, tetapi merusaknya.
Dan memang, tidak per-nah ditemukan satu pun “mutasi yang bermanfaat”.
2) Mutasi tidak menambahkan informasi baru pada DNA suatu organisme. Partikel-partikel
penyusun informasi genetika terenggut dari tempatnya, rusak atau terbawa ke tempat lain. Mutasi tidak dapat
memberi makhluk hidup organ atau sifat baru. Mutasi hanya meng-akibatkan ketidaknormalan seperti kaki yang
muncul di punggung, atau telinga yang tumbuh dari perut.