Page 34 - PEMBINAAN NOVIS
P. 34
Pembinaan Novis
6. SALIB SAN DAMIANO
1. PENGANTAR
Sebagaimana kita ketahui pertobatan St. Fransiskus diawali dari gereja kecil reot, di bawha
kayu salib, yang dibungkus gambar Salib Yesus, adalah suatu tanda yang bermakna ganda:
Salib berarti keselamatan, bagi orang-orang beriman; Kami hanya mengenal Kristus
yang tersalib. (1 Kor. 2:2)
Sebaliknya, Salib tanda sandungan bagi orang Yahudi dan bagi orang kafir sebagai
tanda kebodohan. (1 Kor 1:23)
Namun bagi kita adalah suatu tanda yang tidak terpisahkan dari kebangkitan, yakni
Paskah. (bdk. Yoh. 3:14 & 12:34)
2. PERISTIWA SAN DAMIANO
Pada tanggal 24 Januari 1206, Fransiskus dalam perjalanannya ke kota Foloigno untuk
menjual kain dagangannya atas perintah ayahnya, ia singgah di sebuah gereja reot yang
bernama San Damiano di luar kota Assisi, sebelah selatan gerbang Porto Nuova. Mengapa
justru ia memilih gereja reot? Semenjak awal pertobatannya setelah ia gagal atau tidak jadi
berangkat perang, ia senantiasa tertarik mengurusi hal-hal yang tersingkirkan seperti orang
kusta, orang miskin, termasuk gereja yang reot ini.
Gereja ini kecil, tua dan kurang terawat. Terbukti telah banyak retakan-retakan tembok
dan celah-celah baik di dinding ataupun di atapnya, gereja ini mulai akan roboh. Di atas altar
tergantung sebuah salib kayu bergaya bisantin yang menyentuh hatinya. Pandangan mata
Yesus yang ramah dari salib tsb terasa menembus relung hatinya, berjam-jam ia lewatkan
dengan berdoa dan menangis. Air matanya terasa melegakan dan menyegarkan dirinya.
Tatkala menengadah memandang salib ia mendengar suara:
Fransiskus, perbaikilah rumah saya,
yang seperti kau lihat, hampir roboh.
Terkejut ia mendengar suara tsb, diusapnya mata dan wajahnya kalau-kalau ia melamun
dan terbuat lamunan, dialikan pandangannya ke kanan dan kekiri kalau-kalau ada orang yang
sengaja mengusiknya. Namun hanya kesunyian yang ada, dan kembali berdoa.
Kembali suara yang sama terdengar:
Fransiskus, perbaikilah rumah saya,
yang seperti kau lihat, hampir roboh.
Fransiskus kembali terkejut, ia menolehnya ke kanan dan ke kiri kalau-kalau ada orang
yang sengaja mengusiknya dan mengganggunya, namun tidak menemukan seorangpun. Lalu
ia kembali menekuni doanya dengan lebih khusuk lagi. Dengan harap-harap cemas ia mencoba
membagi konsentrasi, antara berdoa dan memasang telinga agar dapat mengetahui siapa yang
telah mengganggunya dalam berdoa.
Kembali suara yang sama terdengar lebih keras dan lebih mesra:
Fransiskus, perbaikilah rumah saya,
yang seperti kau lihat, hampir roboh.
Segera ia sadar bahwa, tidak ada seorang manusiapun yang telah mengganggu dalam
kekhusukan berdoa, melainkan Dia yang tersalib yang telah menegor dan memberinya
perintah untuk segera dilaksanakan. Dengan segera ia bangkit dan berlutut, dengan perasaan
penuh kegembiraan ia mendengar dan mencium salib tadi.
Segera ia melanjutkan perjalanan untuk melaksanakan tugas dari orang tuanya, setelah
kesemuanya selesai, baru ia merencanakan kembali untuk melaksanakan “tugas baru dari-
114