Page 97 - Presskonpress Tingkatkan Angka Kesembuhan dan Turunkan Angka Kematian Pasien COVID-19, Badan POM Terbitkan Izin Penggunaan dalam Kondisi Darurat Obat 5 - 6 Oktober 2020_Neat
P. 97

mengatur hal positif akan mendapatkan  isentif  (keuntungan), dan  hal  negatif  akan
               mendapatkan disinsentif (kerugian).

               Penggunaan kata skin merujuk pada setiap aktor yang terlibat dalam suatu sistem
               yang disebut sebagai game. Pada prinsipnya, game yang baik akan terjadi apabila
               setiap  aktor  (skin)  yang  terlibat  memiliki  kesempatan  yang  sama  untuk  menerima
               risiko dari game yang terjadi.

               Misalnya,  jika  Naruto  melakukan  investasi,  maka  Naruto  dapat  menerima  dampak
               investasi, baik mendapatkan keuntungan ataupun mendapatkan kerugian.

               Meski  begitu,  menurut  Taleb  sering  kali  skin  in  the  game  tidak  terjadi  karena
               terdapat aktor-aktor yang justru tidak mendapatkan risiko dari game yang dimainkan.
               Taleb  misalnya  mencontohkan  seorang  pengajar  teori  evolusi  yang  mendidik
               muridnya  agar  memahami  dan  percaya  pada  teori  tersebut.  Akan  tetapi,  sang
               pengajar justru tidak percaya pada teori evolusi yang diajarkannya.

               Skin  in  the  game  seharusnya  menjadi  prinsip  yang  harus  ditekankan,  khususnya
               pada  pembuatan  kebijakan  publik  agar  sang  pembuat  kebijakan  tidak  membuat
               kebijakan yang keliru.
               Alasannya, dalam kenyataannya, karena pembuat kebijakan merasa tidak dirugikan
               oleh  kebijakan  yang  dibuatnya,  kebijakan  yang  merugikan  masyarakat  kemudian
               terlahirkan.

               Pada konteks pandemi Covid-19, seperti hadirnya kontroversi mahalnya obat Covid-
               19,  para  pemangku  kebijakan  publik  yang  tidak  mengetahui  realita  di  lapangan
               sering kali membuat kebijakan yang tidak tepat karena apa pun yang terjadi status
               quo mereka terlindungi.

               Belum Ada Obat yang Terbukti Efektif

               Keampuhan  remdesivir  dalam  mengobati  pasien  virus  corona  juga  masih
               dipertanyakan.  Guru  Besar  pada  Departemen  Ilmu  Penyakit  Dalam  Fakultas
               Kedokteran  Universitas  Indonesia  Ari  Fahrial  Syam  mengatakan  remdesivir  belum
               terbukti  sebagai  antivirus  dan  perlu  pengujian  untuk  dianggap  sebagai  obat
               penderita Covid-19.
               Ari  menegaskan,  saat  ini  belum  ada  obat  yang  terbukti  dapat  mengobati  pasien
               Covid-19.  Para  peneliti  di  dunia  masih  berjibaku  meneliti  pengobatan  yang  tepat
               untuk Covid-19.

               “Semuanya dalam tahap riset baik obat tunggal dan kombinasi, kita semua masih
               menunggu,” ungkapnya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari PMJ.

               Remdesivir ini sudah terlebih dulu digunakan untuk pengobatan pasien Covid-19 di
               Amerika  Serikat.  Food  and  Drug  Administration  US  (FDA  atau  BPOM)  telah
               mengizinkan penggunaan remdesivir pada pasien dengan gejala sedang dan berat
               mulai Mei lalu.

               Penggunaan  remdesivir  setelah  data  menunjukan  bahwa  penggunaan  antivirus  ini
               dapat  mempersingkat  waktu  pemulihan  pasien  menjadi  rata-rata  11  hari.  Pada
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102