Page 4 - e-modul bab 10 PAI
P. 4

Islam  yang  dipegang  oleh  Nabi  SAW  kemudian  para  Khulafaur
                   Rasyidin (empat khalifah pengganti nabi). Masa-masa ini merupakan
                   masa  yang  banyak  dijadikan  rujukan  orang  dalam  mengkonsep
                   perpolitikan Islam.
                          Politik  Islam  dikenal  juga  dengan  istilah  siyasah  syar’iyah.

                   Definisi  siyasah  syar’iyah  menurut  Abdul  Wahhab  Khallaf  adalah
                   pengaturan urusan pemerintahan kaum muslimin secara menyeluruh
                   dengan  cara  mewujudkan  kemaslahatan,  mencegah  terjadinya
                   kerusakan melalui aturan-aturan yang ditetapkan Islam dan prinsip-
                   prinsip umum syariat, kendati hal itu tidak ada dalam ketetapan nash
                   (al-Qur‟an dan hadis) dan hanya merujuk pada pendapat para imam
                   mujtahid (Taimiyah, 1419 H).
                          Al-Qur‟an  memberikan  suatu  jawaban  komprehensif  terkait
                   persoalan tingkah laku manusia (Asad, 1980:1-2). Politik memegang
                   peranan penting dalam Islam, karena melalui politik perdamaian dan

                   ketertiban  dapat  diwujudkan.  Politik  dalam  Islam  bertujuan  untuk
                   iqamatud  din  wa  siyasatud  dunya,  yaitu  menegakkan  agama  dan
                   mengatur urusan dunia yang menjadi ladang bagi kehidupan akhirat.
                   Islam  mengajarkan  sejumlah  prinsip  dalam  berpolitik  agar  politik
                   membawa  kemaslahatan  bagi  umat  manusia,  diantaranya  syurâ
                   (musyawarah),  adil,  amanah,  musâwah  (persamaan),  dan  ijma’
                   (kesepakatan)  (Lihat  QS.  Al-Nisa‟:58,  124;  Al-A‟raf:29;  Ibrahim:90;

                   Al-Anbiya‟:92; Al-Kahfi:29; Al-Maidah:48-49; Shad :26; Al-Hujurat:
                   1-3; dan Al-Insan:24-26).

                   B. Variasi  Pandangan  Umat  Islam  Dalam  Melihat  Relasi
                      Islam Dan Negara
                          Manusia  sebagai  makhluk  sosial  membutuhkan  negara  untuk
                   melakukan  kerjasama  sosial  dengan  menjadikan  agama  (wahyu)
                   sebagai pedoman. Menurut Al-Mawardi (tt.:5), kepemimpinan politik

                   Islam  didirikan  untuk  melanjutkan  tugas-tugas  kenabian  dalam
                   memelihara  agama  dan  mengelola  kebutuhan  duniawi  masyarakat.
                   Beragam bentuk pemerintahan  ditawarkan oleh para pemikir  Islam
                   klasik dan pertengahan (Kamil, 2013:8).

                   1.  Tipologi Relasi Agama dan Negara
                          Berdasarkan  pemikiran  politik  Islam  modern,  terdapat  3
                   tipologi  relasi  agama  dan  negara,  yaitu  bentuk  pemerintahan  teo-
                   demokrasi, sekuler, dan moderat.
                   a.  Tipologi teo-demokrasi
                          Tipologi  teo-demokrasi  menganggap  bahwa  agama  sekaligus

                   negara,  keduanya  merupakan  entitas  yang  menyatu.  Kelompok  ini


                                                           3
   1   2   3   4   5   6   7   8   9