Page 6 - e-modul bab 10 PAI
P. 6
tipologi neo-teokrasi terbelenggu oleh pemikiran dan praktik politik
Islam klasik, maka tipologi sekuler ini terbelenggu oleh pemikiran
Barat, seolah-olah apa yang berkembang di Barat sudah final (Kamil,
2013: 31; Khan, 1982: 75-76).
Menurut kelompok ini, persoalan politik merupakan persoalan
historis, bukan teologis yang harus diyakini dan diikuti oleh setiap
individu muslim. Islam hendaknya tidak dipolitisasi dan tidak
menjadi kepentingan kelompok atau golongan tertentu. Jadi, agama
dan negara harus dipisahkan. Praktek politik bukan suatu kewajiban
agama, melainkan praktek kehidupan manusia yang bisa salah dan
bisa benar. Tindakan politik yang salah dan di atas namakan agama
justru akan membuat hakekat agama itu menjadi dangkal dan hina.
Islam bersifat universal dan praktek politik bersifat particular (Al-
Ashmawy, 1996:17-18). Kelompok sekuler banyak ditemukan di
negara-negara sekuler seperti Perancis, Amerika, Australia. Inilah
sikap kiri Islam yang sekaligus kritikannya terhadap kelompok Islam
Politik.
c. Tipologi Moderat
Tipologi ketiga adalah tipologi moderat (al-mutawassith),
mereka berparadigma substantivistik. Aliran ini berpendirian bahwa
Islam tidak mengatur sistem ketatanegaraan, tetapi terdapat
seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara. Menurut
kelompok ini, tidak satu nash pun dalam al-Qur‟an yang meme-
rintahkan didirikannnya sebuah negara Islam (Iqbal & Nasution,
2010:28-29). Mereka menolak klaim ekstrim bahwa agama telah
mengatur semua urusan, termasuk politik, dan menolak klaim
ekstrim bahwa Islam tidak ada kaitannya dengan negara atau politik.
Jadi, relasi agama dan negara adalah relasi etik dan moral.
Negara menjadi instrumen politik untuk menegakkan nilai dan
akhlak Islam yang bersifat universal. Bagi kelompok ini, konsep
negara dan pemerintahan merupakan bagian dari ijtihad kaum
muslimin, karena tata negara dan sistem pemerintahan tidak tertera
secara jelas dalam al-Qur‟an. Jadi, untuk pelaksanaannya, umat Islam
bebas memilih sistem manapun yang terbaik dan tidak menentang
prinsip-prinsip dalam agama Islam. Menurut kaum moderat, prinsip-
prinsip politik Islam mencakup pluralisme, toleransi, pengakuan
terhadap persamaan semua penduduk, dan keadilan. Tokoh-tokoh
kelompok ini adalah Ahmad Amin, Muhammad Husain Haikal,
Muhammad Imarah, Fazlur Rahman, Robert N. Bellah, Amin Rais,
dan Jalaludin Rahmad (Ghazali, 2002:175; Kamil, 2013:31).
5