Page 42 - Si Jaka Mangu
P. 42
Pagi itu langit cerah. Burung-burung bernyanyi dan
ayam berkokok tak henti-hentinya. Burung-burung dan
ayam-ayam peliharaan Ki Ageng itu seakan-akan ingin
mengantarkan kepergian tuannya yang akan pergi jauh
menemui burung perkutut yang selama ini telah kembali ke
pemiliknya.
Dengan berbekal secukupnya, Ki Ageng berangkat
mencari tempat tinggal Ki Danapala. Tidak lupa, ia mengajak
serta si Belang, anjing pemberian Ki Danapala, sebagai
teman dan penunjuk jalan dalam perjalanan. Perjalanan
jauh dilalui Ki Ageng dengan suka cita karena membayangkan
akan bertemu dengan sahabatnya, Ki Danapala dan burung
kesayangannya, si Jaka Mangu.
Ki Ageng berjalan cepat bersama si Belang menyusuri
hutan dan kaki gunung selama seharian penuh. Sesekali,
ia berhenti untuk melepas lelah. Tidak terasa, sampailah
Ki Ageng di sebuah pinggiran kota yang ramai, penuh
sesak orang yang lalu-lalang menjual dagangannya ke
pasar. Tampaklah dari jauh, pintu gerbang alun-alun Kota
Majapahit. Ia tidak menyangka akan sampai di sebuah alun-
alun yang luas. Di depan alun-alun ada sebuah rumah besar
layaknya istana yang megah. Saat si Belang menarik-narik
tangan Ki Ageng untuk mengajak masuk melewati pintu
gerbang alun-alun, penjaga pintu menghentikannya.
30