Page 236 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 236
Gagasan politik luar negeri bebas aktif dicetuskan
oleh Wakil Presiden RI yang pertama, Mohammad
reminder
Pada masa Demokrasi Hatta dihadapan BPKNIP pada tanggal 2 September
Terpimpin Indonesia 1948. Selanjutnya di dalam Garis-garis Besar Haluan
di bawah Presiden Negara disebutkan “Dalam bidang politik luar negeri
Soekarno lebih
condong bersahabat yang bebas aktif diusahakan agar Indonesia dapat
dengan negara-negara terus meningkatkan perannya dalam memberikan
komunis dan sosialis sumbangannya untuk turut serta menciptakan
yang menjadikan
pelaksanaan politik perdamaian dunia yang abadi, adil, dan sejahtera”. 21
luar negeri Indonesia Menurut Wardaya dalam jurnal Haryanto,
sangat agresif
bahwasannya sikap tegas Soekarno untuk
mengaplikasikan prinsip bebas-aktif terlihat dari
pertemuan antara Presiden Soekarno dan Presiden Kennedy pada 24 April 1961
di Washington. Dalam pertemuan tersebut, Kennedy meminta agar Indonesia
sebagai negara merdeka tidak begitu saja dikuasai oleh kekuatan komunis.
Namun Menlu Soebandrio yang turut hadir menyatakan bahwa Indonesia tidak
mau diatur-atur oleh Washington. Pernyataan Soebandrio ini senada dengan
Soekarno dalam pidatonya yang berjudul Jalannya Revolusi Kita (jarek). Dalam
pidatonya tersebut, Soekarno menyebut bahwa apa yang oleh orang luar disebut
“Policy of Neutralism” bagi politik luar negeri yang dianut oleh Indonesia adalah
salah. Indonesia kata Soekarno “tidak netral, kita tidak penonton langsung
daripada kejadian-kejadian di dunia ini, kita tidak tanpa prinsip, kita tidak tanpa
pendirian. Kita menjalankan politik bebas-aktif itu tidak sekedar secara ‘cuci
tangan’, tidak sekedar secara defensif, tidak sekedar secara apologentis. 22
Dengan kata lain, politik luar negeri Indonesia pada periode ketiga
bercirikan anti kolonial dan anti barat. Bahkan, secara tidak resmi, Indonesia
di bawah Presiden Soekarno lebih condong bersahabat dengan negara-negara
komunis dan sosialis yang menjadikan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia
sangat agresif. 23
21 Ibid. h. 15
22 Heryanto. Op.Cit. h. 24
23 Rahman. Op.Cit. h. 56.
Sejarah Nasional Indonesia VI 232