Page 426 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 426
Merapi. Operasi Merapi ini langsung dipimpin oleh Komandan RPKAD Kolonel
Sarwo Edhi Wibowo. Dalam operasi itu pimpinan G 30 S Jawa Tengah seperti
Kolonel Sahirman, Kolonel Maryono, dan Kapten Sukarno berhasil ditembak
mati. Dengan keberhasilan itu, pada tanggal 30 Desember 1965 pasukan RPKAD
ditarik kembali ke Jawa Tengah ke pangkalannya di Jakarta.
Pembersihan terhadap G 30 S itu juga dilakukan di daerah Blitar Selatan.
Gerakan pembersihan itu diberi nama Operasi Trisula yang dilancarkan mulai
tanggal 3 Juli 1968. Operasi ini memakan waktu satu setengah bulan dan berhasil
menangkap 850 orang PKI yang mendukung G 30 S. Mereka yang tertangkap
itu diantaranya 13 orang tokoh tingkat CC dan 12 orang tingkat CDB. Operasi
penumpasan terhadap pendukung gelap G 30 S dan PKI gelap juga dilakukan
diperbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu di daerah pegunungan Lawu
dan Kendeng. Operasi itu berhasil menangkap 200 orang kader PKI.Selain itu
terdapat operasi penumpasan di daerah Purwodadi setelah tercium PKI gelap
membangung STPR. Diketahui pula PKI gelap memindahkan kegiatannya di
daerah Kompleks Merapi Merbabu. Dalam operasi yang dilancarkan di daerah
itu juga berhasil ditangkap Pono orang kedua dalam biro khusus PKI.
Sementara itu operasi penumpasan G 30 S yang dilakukan diluar Jakarta
dan Jawa Tengah cukup dilakukan dengan Gerakan Territorial. Operasi itu
dilakukan dengan menangkap tokoh-tokoh organisasi politik dan organisasi
massa PKI. Pada daerah-daerah itu para pendukung G-30-S belum sempat
mengadakan gerakan perebutan kekuasaan, hanya daerah Jawa Timur dan Bali
timbul kekacauan dengan terjadinya penculikan dan pembunuhan. Namun,
dalam waktu singkat gerakan itu dapat dilumpuhkan. Secara keseluruhan
pemberontakan yang menamakan G-30-S yang ditenggarai didukung oleh PKI
telah berhasil ditumpas. Bahkan PKI dinyatakan sebagai partai terlarang oleh
pemerintah untuk berdiri di Republik Indonesia.
Pada akhir 1965, PKI dan Soekarno berhasil dikalahkan oleh koalisi militer
dengan sipil sayap kanan anti komunis. Momentum yang menjadi antiklimaksnya
adalah peristiwa penculikan para jenderal Angkatan Darat pada tanggal 30
September yang melibatkan para pimpinan PKI dan kubu Angkatan Darat pro-
PKI. Hingga saat ini peristiwa ini masih belum terjelaskan secara ilmiah, namun
secara politik oleh Orde Baru peristiwa ini disebut sebagai pemberontakan PKI
yang melegitimasi kampanye pemberantasan komunisme.
Sejarah Nasional Indonesia VI 422