Page 56 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 56

Adanya  halangan  psikologis  yang  seperti  itu  di  kalangan  masyarakat
            Indonesia  terhadap  bentuk negara federal, ternyata masih  ditambah  realitas
            politik yang terjadi pada saat itu. Dalam federasi RIS, Republik Indonesia yang
            lama  pada  dasarnya  tetap  otonom.  Tidak  hanya  administrasinya  yang  tidak

            tergantung pada ibukota federasi di Jakarta, tetapi banyak pegawai negeri sipil
            dalam negara negara bagian seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Pasundan
            lebih taat kepada aturan-aturan dari ibukota RI Yogyakarta, daripada Jakarta.
            Kondisi itu seringkali menimbulkan administrasi ganda yang membingungkan,

            dengan dua kelompok pegawai negeri sipil berusaha mengatur teritorial yang
            sama dengan dua aturan yang mungkin berbeda. Keadaan itu sesungguhnya
            merupakan bentuk manifestasi politik pada masa sebelumnya.   13
                  Pembentukan negara-negara bagian  di  berbagai wilayah Indonesia

            oleh  Belanda  serta  eksistensinya  tidak  pernah  diakui  oleh  RI  di  Yogyakarta.
            Pemerintah  RI untuk mempertahankan  eksistensi  di  daerah-daerah  yang
            sudah didirikan negara bagian itu, kemudian ganti mendir ikan pemerintahan
            daerah bayangan, mulai dari desa sampai ke provinsi. Bukan i tu saja dalam

            menunjukkan  eksistensinya di  daerah-daerah  yang  kemudian  dikenal  sebagai
            daerah BFO itu, Pemerintah RI juga mengirim uang-uang ORI (Oeang Republik
            Indonesia). Hal itu dilakukan untuk menunjukkan eksistensi RI baik secara politis
            maupun ekonomis.   14

                  Dengan berubahnya sistem  negara Indonesia  menjadi  federasinya,
            menjadikan Belanda bebas keluar masuk bahkan menguasai Indonesia sekalipun
            Indonesia sudah merdeka, itu berarti Indonesia bukan jajahan tetapi federasi
            Belanda.

                  Konsepsi  negara  federal  tidak  mampu  mengkoordinasikan  pluraritas
            budaya, agama, bahasa,  dan  sebagainya yang  berkembang sebagai  simbol
            keragaman  budaya  tinggi  masyarakat  Indonesia.  Konsep  negara  federal
            membutuhkan  homogenitas bangsa  dan  pemerintah  pusat yang memiliki

            kekuasaan dominan untuk menyelaraskan kepentingan negara bagian sebagai
            upaya  menekan  dan  meniadakan  konflik.  Indonesia,  disetiap  wilayah  dihuni
            oleh satu bahkan lebih etnis atau suku, jika Indonesia memakai otonomi penuh
            13   Haryono Rinardi, Dari RIS Menjadi Negara RI: Perubahan Bentuk Negara Indonesia Pada Tahun 1950,
            (MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 12, No.2. 2012) h. 182-183.
            14   Meutia Farida Swasono, Bung Hatta Pribadinya dalam Kenangan, (Jakarta: Sinar Harapan, 1980)  h.
            184-187

                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            52
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61