Page 171 - Final Manuskrip Gedong Kirtya Jilid I
P. 171
KUTIPAN HALAMAN AWAL TERJEMAHAN KUTIPAN HALAMAN AWAL
<1v)> // 0 // °oṁ °awignaḥ mastu namaśiwaṃ // 0 // °iki babad ki dukuḥ // 0 // Semoga tiada halangan // 0 // Inilah Babad Ki Dukuḥ Suladrī, (Ki
suladrī, haputra roro, liwatiŋ kahot∙, hapan riŋ padukwan∙, dadi tā hana waŋ Dukuḥ Suladrī ) mempunyai dua anak yang sangat terkenal, karena di
lare jalu, kawutaman∙, tumrapiŋ pariyaṅane ki dukuḥ tan pasaṅkan∙ rawuhe, padukuhan adalah anak laki-laki yang lahir dari keutamaan, berdiri di
hapan tinuduhiŋ hyaŋ, tumuli kagyat ki dukūḥ tumoniŋ waŋ maṅkanā, tempat pemujaan Ki Dukuḥ yang kedatangannya tanpa sebab, karena
nabda harum amanis∙, sumahur taŋ lare, yan kadyaṅganiŋ sukĕtiŋ bawaŋ, diperintahkan oleh dewa, lalu Ki Dukuh terkejut melihat orang itu, dengan
riŋ pawarnnā hika, kapo lun dadaḥ salĕmbar, lumampaḥ rawuhiŋ kene, tutur kata yang manis, anak kecil itu pun berkata, bila diumpamakan
dūḥ putu niŋ ṅoŋ, suka kyayi pinupu hinaṅkĕn pu riŋ padukuhan∙, sumahur seperti pucuk bawang, penampilannya itu, kapo lun dadaḥ selembar,
taṅlare, ṅoŋ hanut ṣa°ujar pkak∙, tumuli jnĕk taŋ ṅlare riŋ padukūhan∙, jagi berjalan hingga sampai di sini, “Duhai cucuku, sudikah Kyayi diangkat
pinras °antuk i dukūḥ, maka sutā, sumahur hanake ki dukuḥ °istri, nora dianggap sebagai anak di pedukuhan ini?”, anak kecil itu menjawab, “Saya
haweha mras∙, ki dukuḥ wruḥ °ujar sutane maṅkanā, huruŋ ki dukuḥ hamras menuruti segala ucapan kakek”, kemudian anak itu menetap di pedukuhan,
datĕṅan ikā, wus kasuwen∙, wkasan dalĕm∙mapo- akan diangkat menjadi anak oleh Ki Dukūḥ, putrinya Ki Dukuh pun
lalu menanggapi, tidak diijinkan untuk mengangkatnya sebagai anak, Ki
Dukuḥ pun paham dengan maksud putrinya, lalu Ki Dukuḥ pun tidak jadi
mengadopsi tamu tersebut, setelah sekian lama, selanjutnya Dalĕm …
160 KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA 161