Page 338 - Final Manuskrip Gedong Kirtya Jilid I
P. 338

Tempat penyimpanan: keropak 63; asal
                                                                                                                                                        naskah: membeli; keadaan naskah:
 RINGKASAN ISI BABAD                                                                                                                                    baik; ukuran naskah: 50 cm x 3,7 cm;
 Babad ini memuat tentang mitologi awal keberadaan pulau Bali serta   berkedudukan di Bedahulu didampingi seorang patih yang amat terkenal              ruang tulisan: 42,1 cm x 3,4 cm; tebal
                                                                                                                                                        naskah: 39 lembar; jumlah halaman: 78
 mengungkapkan mitologi keberadaan manusia serta proses belajar   bernama Kala Wong dan pusat pemerintahannya terletak di Batànar (                     halaman (1 halaman kosong); jumlah
 manusia sebagai hasil ciptaan para dewa. Perihal awal keberadaan   Pejeng). Mayadewa memerintah dengan keserakahan dan tamak sehingga                  baris per halaman: 1r sampai 37v 4
 pulau Bali dari keprihatinan Bhatara Hyang Pasupati karena pulau Bali   para dewa menghukumnya. Kemudian Bali berada di bawah kepemimpinan             baris, 38r 3 baris, 38v kosong; aksara:
 yang selalu berbenturan dengan Selaparang (Lombok). Oleh karena itu   Sri Aji Masula Masuli yang merupakan pasangan raja-permaisuri kembar             Bali; cara penulisan: digurat dari kiri
 untuk menghindari hal tersebut Bhatara Hyang Pasupati dengan segala   buncing.                                                                         ke kanan; bahan naskah: daun lontar;
 kekuatannya memotong gunung Mahameru di Jambudwipa dan meletakkan   Babad ini kemudian mengisahkan kehidupan masyarakat Bali Aga yang                  bahasa: Kawi; bentuk teks: prosa;
 potongannya di Bali dan Seleparang. Pemotongan Gunung Mahameru   diajarkan berbagai keahlian oleh para dewata sehingga mereka mampu                    subjek: babad; umur naskah: 79 tahun.
 ini yang konon menjadi beberapa gunung di Bali diantaranya Gunung   membangun peradaban. Diceriterakan Mpu Mahameru turun ke Bali
 Lempuyang , Gunung Andakasa, Gunung Watukaru, Gunung Beratan,   hendak menghadap Bhatara Putrajaya di Tolangkir dan Bhatara Ghnijaya di   52.          Keterangan lain: pada lampiran sampul
 Gunung Mangu dan Gunung Tulukbiyu. Babad ini kemudian mengisahkan   Lempuyang. Dalam perjalan ini Mpu Mahameru sempat singgah di wilayah               depan bagian ujung kiri terdapat
 perjalanan putra-putra Bhatara Hyang Gnijaya yaitu Sang Brahmandá   masyarakat Bali Aga, lalu memberikan nasehat serta petuah pada masyarakat          penanggalan 15-6-1940. Selanjutnya
 Pandita, Mpu Mahameru, Mpu Gana,Mpu Kuturan, dan Mpu Pradhah. Sang   Bali Aga. Mpu Mahameru juga menciptakan manusia dari sebatang tongkat   BABAD SUKAHET VA/1921/13  terdapat kode No Va. 1921/13. // babad∙
 Brahmanda Pandita menikah dengan Bhatani Manik Gni, Putri Bhatara   kayu dari batang Pohon Asam. Jelamaan batang pohon Asam menjadi                    sukahĕt∙ // druwen∙ gdoŋ kirtya. 1-38.
 Hyang Mahadewa di Tolangkir dan berganti nama menjadi Mpu Ghnijaya.   manusia yang kemudian diberi pengetahuan oleh Mpu Mahameru, kemudia              Di sisi kanan terdapat tulisan: “Babad
 Pernikahan beliau menurunkan Mpu Ktek, Mpu Kananda, Mpu Wirajnana,   diberi nama Mpu Kamareka. Mpu Kamareka kemudian menikah dan istrinya              Sukaĕt, dapat membeli pada Pedanda
 Mpu Withadharma, Mpu Ragarunting, Mpu Preteka, Mpu Dangka yang   melahirkan putra dan putri yang diberi nama Ki Kayu Ireng dan Ni Kayu                 Gdē Pamaron, dari geria Moenggoe
 kemudian dikenal dengap Pasek Sanak Pitu.                                                                                                              (Badoeng)”.
 Ayu Cemeng. Kedua putra-putri ini dinikahkan karena mereka adalah jodoh
 Babad ini juga memuat keberadaan seorang raja bernama Detya Karna   yang dilahirkan dalam satu rahim. Setelah menikah  Ki Kayu Ireng bergelar          Kolofon: puput sinurāt∙ riŋ dinā, bu, ka,
 Pati dengan abiseka Sri Jayapangus yang berkedudukan di Balingkang.   Mpu Ghnijaya Kayu Ireng, gelar ini adalah anugrah dari Bhatara Brahma.           matal∙, paŋ, piŋ, 7, śaśīḥ jyeṣṭā, raḥ, 2,
 Selama beliau memegang tampuk pemerintahan, Bali amat aman, tenteram   Mpu Kamareka kemudian memberikan berbagai petuah kepada putranya                tĕŋ, 6, pawilaṅan hiśakāwarṣā, 1862.
 dan segala usahanya selalu berhasil. Setelah meninggal Sri Jayapangus,   mengenai hak serta kewajibannya beserta kelak keturunan-keturunan Mpu         Hantuk hida pḍaṇḍa gḍe pamaron∙, riŋ
 kekuasaan pulau Bali beralih ke tangan Raja Mayadanawa. Konon Raja   Kamareka. Mpu Kamareka juga menjelaskan aturan upacara-upacara serta              griyāguŋ manārā, riŋ muṅgu. Dawĕg∙
 Mayadanawa adalah raja yang dikirim oleh para dewa yang kemudian   tempat-tempat suci bagi seluruh keturunannya kelak.                                 guŋ hampurā °akṣarā kasasar // 0 //
                                                                                                                                                        Pengarang/penulis: Ida Pḍaṇḍa Gḍe
                                                                                                                                                        Pamaron.













 326  KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA                                                          KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA         327
   333   334   335   336   337   338   339   340   341   342   343