Page 58 - Menabung_Ebook
P. 58
Yang masuk dalam kategori ken/kain adalah sebagai berikut:
(1) jaro, (2) kalagya, (3) pinilai, (4) bwat wetan, (5) bwat lor, (6) pangkat, (7) buat ingulu,
(8) kalangpakan, (9) atmaraksa, (10) kaki, (11) putih, (12) rangga, (13) kalamwetan.
Di samping barang-barang tersebut, kadang-kadang diberi juga hadiah atau pasek-
pasek berupa binatang ternak, biasanya kerbau dan kambing, dan suatu pemberian lain
atau semacam bekal untuk pulang yang disebut dengan istilah pangankat panungsun.
Jumlah pesek-pasek yang diberikan sebagai hadiah tidak sama antara satu prasasti
dan prasasti lain. Meskipun demikian, terdapat pola yang umum, yaitu bahwa nilai pasek-
pasek disesuaikan dengan tingkatan jabatan atau posisi sosial yang dimiliki oleh individu
yang bersangkutan. Dengan sedikit kekecualian, pejabat yang lebih tinggi akan menerima
pasek-pasek dalam jumlah dan kualitas yang melebihi pejabat dengan kedudukan yang
lebih rendah.
Jumlah emas yang pernah disebut dalam satu prasasti dapat mencapai lebih dari 2
kilogram sebagaimana dijumpai dalam prasasti Poh (905).Jumlah perak dapat mencapai
lebih dari 2 kilogram sebagaimana dijumpai dalam prasasti Rongkap (901) dan prasasti
Kasugihan (907). Jumlah wdihan 106 pasang dalam prasasti Poh. Adapun jumlah pejabat
yang menerima hadiah bisa kurang dari 15 orang, tetapi dapat juga lebih dari 100 orang
Menabung Masa Pramodern 14, tradisi saling memberi hadiah muncul dalam bentuk lain, di antaranya adalah pada
sebagaimana disebut dalam prasasti-prasasti Panggumulan (902) dengan jumlah 142
orang, Poh (905) dengan jumlah 137 orang, dan Alasantan (939) dengan jumlah 108 orang.
Ketika tradisi penetapan sima mulai menyusut, khususnya ketika memasuki abad ke-
acara “perjalanan kerajaan” ke wilayah-wilayah bawahan. Keterangan ini dapat dijumpai
dalam kakawin Nagarakertagama, khususnya pada bagian-bagian yang memuat kejadian
yang mengiringi perjalanan rombongan Raja Hayam Wuruk ke daerah ujung timur Pulau
Jawa yang ketika itu masuk wilayah kerajaan bawahan Majapahit, yaitu Lumajang.
Dikisahkan, misalnya, pada saat rombongan raja sampai di pusat pemerintahan daerah
atau di pusat keagamaan, biasanya diadakan upacara penghormatan pejabat setempat
yang ditandai dengan pemberian hadiah kepada raja (dan mungkin pula pejabat lainnya).
48 Pemberian tersebut mungkin berupa hasil bumi atau ternak yang berasal dari wilayah
yang bersangkutan, yang didatangkan dari Madura, atau wilayah kepulauan sebelah
timurnya. Di samping itu, diselenggarakan ritual sang raja dapat bercengkerama dengan
pelayan-pelayan wanita yang sengaja disediakan untuk maksud itu. Sebagai balasannya,
sang raja memberikan hadiah kepada para pejabat tersebut berupa kain yang dibuat oleh
para perajin di kota dan sejumlah uang, baik picis maupun uang emas.
Tidak hanya itu, menurut berita Cina yang menceritakan kehidupan di Jawa pada masa
Majapahit, diketahui bahwa bahwa para bangsawan sangat menyukai kain mewah asal
Benggala, kain sutra dan keramik dari Cina dengan pola biru-putih. Bukti di situs arkeologi
menunjukkan bahwa pecahan keramik Cina memang banyak dijumpai di situs Trowulan