Page 53 - Menabung_Ebook
P. 53
masyarakat tertentu untuk sebuah keyakinan. Kelompok masyarakatmeyakini bahwa
harta atau kekayaan dunia merupakan sesuatu yang penting untuk diupayakan. Tokoh
dewata yang sering dikaitkan dengan pemujaan semacam ini adalah Dewa Kuwera. Agar
gambaran tentang pemujaan kepada dewa itu tersaji dengan utuh, di bawah ini diuraikan
secara agak terperinci tulisan Rahardjo yang berjudul “Kuwera Dewa Businessman” (1990).
Dewa Kuwera dikenal dalam tradisi agama Hindu, tetapi juga dikenal dalam
kepercayaan Buddha dengan nama lain, yaitu Jambhala. Agama Hindu dan Buddha
umumnya menilai rendah aktivitas manusia yang berorientasi kepada pencarian kepuasan
dan kesenangan duniawi. Munculnya pemujaan kepada simbol-simbol kekayaan dan
kemakmuran dalam bentuk tokoh dewa cukup menarik untuk diketahui. Tokoh Kuwera Menabung Membangun Bangsa
ditampilkan dalam wujud yang penuh dengan simbol kemewahan. Penggambaran paling
menonjol tecermin dalam tokoh Dewa Kuwera yang pertama muncul pada sekitar abad
ke-8 s.d. ke-9 Masehi dalam periode kerajaan Mataram Hindu-Buddha di Jawa Tengah.
Tokoh itu termasuk dalam golongan “dewa kecil”, tetapi di negeri asalnya, India, Kuwera
dipuja dua agama utama yang sering terlibat konflik, yaitu Hindu dan Buddha.
Kisah Dewa Kuwera itu, terutama, diceritakan dalam kitab-kitab suci agama Hindu,
seperti Ramayana, Mahabharata, Varaha-purana, dan Siva-purana, tetapi dikenal juga
dalam kitab suci agama Buddha, yaitu Sadanamala. Sebagai tokoh populer, Kuwera dipuja
sebagai dewa kekayaan dan kemakmuran. Tokoh dewa serupa itu juga dikenal dalam
mitologi Yunani awal, namanya Ploutos. Berbeda dengan tokoh dewa utama yang biasanya
dipuja oleh seluruh umat dari agama yang bersangkutan, “dewa-dewa kecil” umumnya
hanya dipuja kelompok masyarakat tertentu. Kuwera pada masa lalu dipuja karena ia
dianggap dewa kekayaan yang menguasai dunia harta.Kuwera sendiri sebelum masuk ke
dalam sistem kepercayaan Hindu dan Buddha, dikenal sebagai kepala para setan, para
raksasa, dan dunia kegelapan, tetapi kemudian diambil alih ke dalam agama Hindu dan
Buddha, sebagai dewa kekayaan dan kemakmuran yang menguasai alam semesta bagian
utara.
Kitab Ramayana menceritakan Kuwera sebagai anak Wisrawa karena itu disebut
juga Waisrawana (putra Wisrawa). Akan tetapi, kemudian ia meninggalkan ayahnya dan
mengikuti Brahma, kakeknya. Karena kesetiaannya, ia diberi anugerah berupa kehidupan
dan bertahkta di Lanka sebagai ibukotanya. Kota itu semula pernah didiami oleh para
raksasa, tetapi mereka kemudian berhasil disingkarkan oleh Wisnu karena berusaha 43
melawan para dewa.Dari ibu yang lain, Kuwera memiliki empat adik tiri yang memiliki sifat
berlainan, tetapi semuanya sakti. Mereka adalah Rahwana, Kumbhakarna, Wibhisana, dan
seorang perempuan raksasa, yaitu Surpanaka. Rahwana kemudian tahu bahwa Lanka itu
dahulu milik para raksasa yang kemudian diberikan kepada Waisrawana.Oleh karena itu,
sebagai raja raksasa, ia merasa berhak memintanya kepada abang tirinya, Waisrawana.
Perebutan kekuasaan abang dan adik itu akhirnya dimenangkan oleh adiknya yang
ternyata lebih sakti. Sebagai akibatnya, Waisrawana harus meninggalkan Lanka, kemudian
tinggal di Gunung Kailasa.