Page 219 - Sejarah Tokoh Nama Bandar Udara (PREVIEW)
P. 219
SEJARAH TOKOH NAMA BANDAR UDARA 208
agama Islam. Kedua kakak beradik tersebut Setelah menikah dengan Ince Ami,
kemudian mendirikan sebuah sekolah atau Sayyid Idrus tidak lagi tinggal di Kampung
madrasah sebagai tempat belajar mengajar Ujuna karena ia pindah ke Kampung Baru,
yang kemudian diberi nama Al Hidayah. di rumah Ince Ami. Kendati tinggal di
Setelah kurang lebih satu tahun kemudian, lingkungan yang baru, kegiatan mengajar
Sayyid Idrus yang semula menetap di Sayyid Idrus tetap padat sehingga Ince Ami
Wani pindah ke Kota Palu atas dukungan mengusulkan agar Sayyid Idrus mengajak
Raja Djanggola. Di Kota Palu, Sayyid Idrus muridnya, baik laki-laki maupun perempuan,
memanfaatkan ruang di toko Haji Quraisy untuk tinggal bersama mereka. Rumah Ince
dan rumah Haji Daeng Marocca sebagai Ami kemudian dibagi dua. Di lantai dasar
tempat untuk melakukan aktivitas belajar murid-murid laki-laki belajar dengan Sayyid
dan mengajar. Aktivitas belajar mengajar Idrus, sementara Ince Ami dan juga Sayyid
yang dilakukan Sayyid Idrus mendapat Idrus mengajar murid-murid perempuan di
tanggapan positif dari warga setempat. Hal lantai dua. Di antara para murid perempuan
tersebut tidak terlepas dari ketekunan dan terdapat dua putri Sayyid Idrus sendiri,
konsistensi Sayyid Idrus dalam mendidik yakni Sayyidah Sidah Al Jufri dan Sayyidah
murid-muridnya. Dengan dukungan Sa’diyah Al Jufri. Keberadaan murid-
warga, Sayyid Idrus mendirikan Lembaga murid tersebut ikut berkontribusi terhadap
Pendidikan Islam Al Khairaat di lantai pengembangan Lembaga Pendidikan Al
bawah rumah Haji Daeng Marocca pada 14 Khairaat karena beberapa murid tersebut
Muharram 1349 H atau bertepatan dengan dikirim ke berbagai daerah pelosok untuk
tanggal 30 Juni 1930. mengajar sekaligus berdakwah.
Pendirian Lembaga Pendidikan Al
Peran SIS Al Jufri dalam Pendidikan Khairaat semakin meningkatkan dakwah
Pendirian Lembaga Pendidikan Islam Islam di Kota Palu. Berkembangnya
Al Khairaat memengaruhi jalan kehidupan agama Islam di Palu telah dimulai sebelum
Sayyid Idrus karena dengan didirikannya kedatangan Sayyid Idrus ke Sulawesi
lembaga tersebut niatnya untuk menetap Tengah. Antara tahun 1812-1901, sebuah
di Kota Palu semakin kuat. Seiring dengan Masjid Jami didirikan di Kota Palu oleh
berjalannya waktu, Sayyid Idrus yang seorang bangsawan Bugis yang bernama
disibukkan dengan aktivitas mendidik dan Madika Jojokodi.
mengajar memutuskan untuk menikah Pengaruh dan bakat yang dimiliki oleh
dengan seorang putri bangsawan Kaili, Ince Sayyid Idrus di bidang pendidikan menurun
Ami. Ince Ami merupakan salah seorang kepada putri-putrinya. Mereka mewarisi
perempuan yang sangat berperan dalam keinginan Sayyid Idrus dalam memajukan
pengembangan Lembaga Pendidikan Al pendidikan perempuan Kaili sehingga
Khairaat. Pada tahun 1931 Sayyid Idrus menolak dinikahkan pada usia muda.
menikahi Ince Ami dan dikarunia dua orang Sayyidah Sa’diyah Al Jufri selanjutnya
putri, yakni Sayyidah Sidah dan Sayyidah tinggal bersama dengan keluarga dari
Sa’diyah. istri Sayyid Idrus yang berada di Solo,

