Page 220 - Sejarah Tokoh Nama Bandar Udara (PREVIEW)
P. 220
209 SEJARAH TOKOH NAMA BANDAR UDARA
Jawa Tengah selama satu tahun. Ince Ami Ami dalam mendidik para siswa siswi Al
selanjutnya meminta agar Sayyid Idrus Kahiraat serta keikhlasan keduanya dalam
mengizinkan Sayyidah Sa’diyah Al Jufri mengembangkan lembaga pendidikan
untuk mengajar di Lembaga Pendidikan tersebut sebagai sarana dakwah.
Al Khairaat agar tidak hanya guru laki-laki Pada tahun 1956 Pengurus
yang ada di lembaga pendidikan tersebut. Besar Yayasan Al Khairaat Pusat Palu
Dengan demikian, Sayyidah Sa’diyah Al menyelenggarakan Muktamar I. Saat
Jufri merupakan guru perempuan pertama itu Yayasan Al Khairaat telah memiliki
di Lembaga Pendidikan Al Khairaat. 25 madrasah. Salah satu keputusan
Pengangkatan Sayyidah Sa’diyah Al Muktamar I adalah dibukanya Madrasah
Jufri menjadi guru disertai dengan syarat, Lanjutan Pertama yang dipimpin oleh
Sayyidah Sa’diyah Al Jufri harus mengajak Ustadz Abbas Palimuri. Madrasah tersebut
sejumlah teman perempuannya untuk mengakomodasi pelajaran umum dan
menjadi tenaga pengajar di Lembaga agama masing-masing 50 persen. Dalam
Pendidikan Al Khairaat. Muktamar II Al Khairaat di Ampana, jumlah
Seiring dengan berjalannya waktu, madrasah yang dimiliki oleh Yayasan Al
Lembaga Pendidikan Al Khairaat semakin Khairaat bertambah secara signifikan,
dikenal oleh masyarakat sehingga calon yakni mencapai jumlah 150 cabang. Jumlah
siswa dan siswi yang berminat untuk tersebut kembali bertambah menjadi 450
melanjutkan pendidikan di lembaga cabang ketika diselenggarakan Mukmatar
pendidikan tersebut semakin banyak. III. Hingga akhir tahun 2004, Yayasan Al
Demikian pula halnya jumlah para lulusan Khairaat telah memiliki 1.561 madrasah
yang ingin melanjutkan pendidikan ke dan sekolah serta 34 pondok pesantren
jenjang sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) yang tersebar di kawasan timur Indonesia.
semakin meningkat. Untuk dapat mewadahi Semasa hidupnya, Sayyid Idrus juga berhasil
keinginan para lulusan tersebut, Ince Ami mendirikan 420 madrasah Al Khairaat di
mewakafkan tanah seluas 5 hektar untuk seluruh kawasan timur Indonesia.
dijadikan lokasi pembangunan sekolah Setelah bertahun-tahun mengabdikan
Mualimin Al Khairaat. Kini Lembaga diri dalam dunia dakwah dan pendidikan,
Pendidikan Al Khairaat telah memiliki kesehatan Sayyid Idrus mulai menurun. Pada
berbagai jenjang pendidikan mulai dari tahun 1968 Sayyid Idrus menderita sakit,
taman pendidikan Alquran (TPA), play group, tetapi ia tetap mengajar di majelis ilmu yang
madrasah ibtidaiyah, sekolah menengah dipimpinnya. Ia juga sempat memberikan
pertama, madrasah tsanawiyah, madrasah wasiat kepada orang-orang tertentu dalam
aliyah, SMA, SMK, panti asuhan dan pondok keluarganya yang akan memandikan
pesantren yang kesemuanya berada di jenazah, imam salat jenazah, tempat salat
bawah naungan Yayasan Al Khairaat Pusat jenazah, penerima jenazah di liang lahat,
Palu. Perkembangan lembaga pendidikan muazin di liang lahat, hingga siapa yang
tersebut tidak terlepas dari usaha keras membaca talqin di kuburnya. Pada tanggal
dan ketekunan Sayyid Idrus dan Ince 22 Desember 1969 Sayyid Idrus berpulang

