Page 30 - Final Sejarah Wilayah Perbatasan
P. 30

Luas: 0,2± km 2
                                      Ketinggian: >2 meter DPL
                                      Topografi: pulau batu berpasir putih
                                      Kondisi Penduduk: tidak berpenduduk
                                      Fasilitas: mercusuar, dermaga kayu
                                      Jarak dari Ibukota Kabupaten: 168,2 km

                 Sumber: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (2015);
                 92 pulauorang (2017), BPS Kabupaten Natuna (2018), Keppres No.6 (2017).

                 PPKT di atas menjadi titik dasar bagi penarikan garis pangkal lurus kepulauan untuk
                 menentukan Laut Teritorial, Zona Tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif, dan Landas
                 Kontinen  Indonesia  dengan  negara-negara  tetangga,  yaitu Malaysia  dan  Vietnam.
                 Selain  itu,  wilayah  laut  Natuna  juga  dekat  dengan  perairan  Thailand,  Tiongkok
                 (termasuk Taiwan dan Hongkong), dan Kamboja.

                 Untuk Laut Teritorial  di Natuna,  merujuk UNCLOS 1982, Indonesia  memiliki
                 kedaulatan  penuh  terhadap perairan  pedalaman,  perairan  kepulauan  dan  laut
                 teritorial (Perpres No.16, 2017). Kedaulatan ini meliputi ruang udara di atas perairan
                 kepulauan,  juga  dasar  laut dan  tanah  di  bawahnya  dan  sumber  kekayaan  yang
                 terkandung di dalamnya (UNCLOS Pasal 49 (2)).

                 Sementara  itu,    untuk Zona  Tambahan,  Zona  Ekonomi  Eksklusif  dan  Landas
                 Kontinen di Natuna, Indonesia memiliki hak berdaulat dan kewenangan tertentu di
                 kawasan yurisdiksi Indonesia di luar laut teritorial yang terdiri atas Zona Tambahan,
                 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan Landas Kontinen (Perpres No.16, 2017). Di Zona
                 Tambahan, Indonesia dapat melaksanakan pengawasan yang diperlukan untuk (a)
                 mencegah  pelanggaran peraturan perundang-undangan bea cukai,  fiskal,  imigrasi
                 atau saniter di dalam wilayah atau laut teritorialnya; (b) menghukum pelanggaran
                 peraturan perundang-undangan tersebut di atas yang dilakukan di dalam wilayah atau
                 laut teritorialnya (Pasal 33 UNCLOS, 1982). Di Zona Ekonomi Eksklusif, Indonesia
                 memiliki hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan
                 pengelolaan sumber kekayaan alam. Hak pengelolaan itu meliputi kekayaan alam,
                 baik  hayati maupun nonhayati , dari perairan di atas dasar laut dan dari dasar laut dan
                 tanah di bawahnya. Hak tersebut juga berkenaan dengan kegiatan lain untuk keperluan
                 eksplorasi dan eksploitasi ekonomi zona tersebut, seperti produksi energi dari air,
                 arus dan angin (Pasal 56 (1a) UNCLOS, 1982). Selain itu, Indonesia juga mempunyai
                 yuridiksi berkenaan dengan pembuatan dan pemakaian pulau buatan, instalasi dan
                 bangunan, riset ilmiah kelautan, dan perlindungan dan pelestarian lingkungan laut
                 (Pasal 56 (1b) UNCLOS, 1982). Adapun di Landas Kontinen, Indonesia memiliki
                 hak berdaulat untuk tujuan mengeksplorasinya dan mengekploitasi sumber kekayaan
                 alamnya. Tidak  seorang pun  dapat melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
                 di  landas  kontinen  tersebut tanpa  persetujuan  dari  Indonesia  (Pasal  77 (1 dan  2)
                 UNCLOS, 1982).


                 Mutiara di Ujung Utara                                                           13
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35