Page 35 - Atlas Sejarah Kebudayaan Islam
P. 35
Atlas Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Teori Kedatangan Islam dan Pengislaman Nusantara
J.P. Moquette, dalam “De graftsteenen te Pase en Grisse Pandangan Moquette diperkuat oleh dukungan sejumlah S.Q. Fatimi dalam Islam comes to Malaysia (1963)
vergleken met dergelijke monumenten uit Hindoestan”, sarjana, yaitu R.A. Kern lewat karyanya De Islam in menentang kesimpulan Moquette di atas. Ia
TBG (1912), berkesimpulan bahwa tempat asal Islam di Indonesie (1956), R.O. Winstedt dalam “The History of berpendapat bahwa keliru mengaitkan seluruh batu
Nusantara adalah Gujarat. Ia mendasarkan kesimpulannya Malaya” JMBRAS (1935), G.H. Bousquet dalam “The nisan di Pasai, termasuk batu nisan Malik al-Shalih,
bahwa setelah mengamati bentuk batu nisan di Pasai, Introduction a l’etude de I’Islam Indonesien”, Revue des dengan batu nisan di Gujarat. Bentuk dan gaya
kawasan utara Sumatra, khususnya yang bertanggal 17 Estudes Islamiquws, (1938), B.H.M. Vlekke, Nusantara: batu nisan Malik Al-Shalih berbeda sepenuhnya
Zulhijah 831 H/27 September 1428 M. Batu nisan yang A History of East Indian Archipelago, (1943), Jan Gonda dengan batu nisan yang terdapat di Gujarat. Menurut
kelihatannya mirip dengan batu nisan lain yang ditemukan dalam Sanskrit in Indonesia (1952), B.J.O. Schrike, Fatimi, batu nisan tersebut lebih mirip dengan batu
di makam Maulana Malik Ibrahim (w. 822/1419) di Gresik, Indonesian Sociological Studies, (1955), dan A.H. Hall nisan yang terdapat di Bengal. Namun Teori Islam
Jawa Timur, sama bentuknya dengan batu nisan yang dalam A History of South-East Asia (1964). di Nusantara yang berasal dari Bengal dipersoalkan
terdapat di Cambay, Gujarat. karena ada perbedaan mazhab dengan kaum muslim
Mereka menambahkan argumen untuk mendukung Nusantara (Syafi’i) dan mazhab kaum muslim Bengal
kesimpulan Moquette. Misalnya Wintedt, selain Pasai dan (Hanafi).
Gresik, ia menyebutkan bahwa ada batu nisan yang mirip
bentuk dan gayanya di Bruas, pusat sebuah kerajaan kuno
Melayu di Perak, Semenanjung Malaya. Ia menegaskan Teori pengislaman berbasis nisan ini belakangan
bahwa seluruh batu nisan di Barus, Pasai, dan Gresik (sekitar 1990-an) mendapat kritik dan menjadi bahan
didatangkan dari Gujarat. kajian ulang sarjana Perancis, yaitu Ludvik Kalus dan
Claude Guillot. Mereka melihat bahwa nisan makam
yang ditemukan di Leran itu bukan nisan seorang
muslim di wilayah tersebut dan karenanya menjadi
bukti kehadiran komunitas muslim di Indonesia.
Menurut mereka, itu adalah batu nisan yang diambil
sembarangan dan dijadikan sebagai pemberat kapal.
Ludvik Kalus dan Claude Guillot menulis pan-
dangannya itu dalam karyanya Reinterpretation
des plus anciennes steles funeraires islamique
nousantariennes: II. La stele de Leran (Java) date de
475/1082 et les steles associees, Archipel (2004).
Thomas W. Arnold dalam bukunya yang terkenal, yaitu
The Preaching of Islam: A History of the Propogation
of the Muslim Faith (1913), berpendapat bahwa Islam
di Nusantara dibawa dari Coromandel dan Malabar.
Para pedagang dari Coromandel dan Malabar
mempunyai peranan penting dalam perdagangan
antara India dan Nusantara. Sejumlah besar
pedagang ini mendatangi pelabuhan-pelabuhan
dagang dunia Melayu-Indonesia yang membuktikan
bahwa mereka ternyata tidak hanya terlibat dalam
perdagangan, tetapi juga dalam penyebaran Islam.
Menurut Arnold, ada kesamaan mazhab fikih di
Batu Nisan Makam Maulana Malik Ibrahim antara kedua wilayah tersebut, yaitu mazhab Syafi’i.
Sumber: Direktorat Sejarah J.P. Moquette
Thomas W. Arnold
24 25