Page 79 - Atlas Sejarah Kebudayaan Islam
P. 79
Atlas Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Pendirian Kerajaan Islam di Nusantara
KERAJAAN PALEMBANG
Koin picis Kerajaan Palembang
Sumber:Koleksi Museum Bank Indonesia
Penyerangan Banten ke Palembang ini disebabkan sastra keagamaan dari tokoh-tokoh antara lain Abdus
masalah ekonomi, yaitu berkenaan dengan komoditas Samad al Palimbani, Kemas Fakhruddin, Kemas
ekspor dari Kesultanan Banten, yaitu untuk menambah Muhammad bin Ahmad, Muhammad Muhyiddin bin
penghasilan lada. (Azra dan Burhanuddin, 2012:32). Syekh Syihabuddin, dan Muhammad Ma ruf bin
Abdullah. (Azra & Burhanuddin 2012:32—33 ).
Masjid Agung Palembang tahun 1870. Sumber: digitalcollections.universiteitleiden.nl
Kontak pertama Kesultanan Palembang dengan VOC
terjadi pada tahun 1610. Namun, kepentingan VOC Pada tahun 1819 Kesultanan Palembang diserang oleh
Pada pertengahan abad ke-17 Kesultanan Aceh Kerajaan Islam Palembang merupakan kerajaan yang tidak dipedulikan oleh Palembang sehingga selalu pasukan Hindia Belanda yang dikenal dengan Perang
pernah dipimpin oleh seorang wanita karena Sultan berdiri pada periode abad ke-17 di Sumatra bagian terjadi kerenggangan. Pada 1658 wakil dagang VOC Menteng. Serangan itu berhasil dipukul mundur oleh
Iskandar Tsani (1634—1641) tidak meninggalkan selatan. Cikal bakal kerajaan ini didirikan oleh Ki Gede dan pasukannya dibunuh dan kapalnya dirampas. pasukan Palembang. Namun pada tahun 1821 pihak
anak laki-laki, sehingga kepemimpinan beralih ke istri Ing Suro dan raja pertamanya yang Islam adalah Akibatnya pada tahun 1659 terjadi peperangan Belanda menyerang kembali dengan jumlah armada
sultan, yaitu Sofiatuddin Tajul Alam (1641—1675 M), Susuhunan Sultan Abdurahman Khalifat al Mukminin antara Palembang dengan VOC yang mengakibatkan yang besar dibawah pimpinan Jenderal de Kock.
yang merupakan putri dari Iskandar Muda. Setelahnya Sayyid al Iman/ Pangeran Kusumo Abdurahman/Ki Mas Keraton, kuta, dan pemukiman dibakar. Kemudian, Sultan Mahmud Badaruddin II berhasil ditangkap dan
Kesultanan Aceh di tangan beberapa sultana yaitu Sri Endi sejak tahun 1659—1706. Palembang berturut- kota Palembang dapat direbut kembali oleh Palembang dibuang ke Ternate. Kesultanan Palembang sejak 1823
Ratu Naqiyatuddin Nurul Alam (1675—1678 M), Inayat turut diperintah oleh sebelas sultan sejak 1706 dan dan pembangunan kota dimulai pada masa Sultan dihapuskan dan langsung berada di pemerintah Hindia
Syah (1678—1688), dan terakhir Kamalat Syah (1688- sultan terakhirnya ialah Pangeran Kromojoyo/Raden Mahmud Badaruddin (1724—1758). Belanda dengan menempatkan Residen Jon Cornelis
1699 M). Kepemimpinan wanita tidak dilanjutkan Abdul Azim Purbolinggo (1823—1825). Pada tahun Reijnst. Sang residen tidak diterima oleh Sultan Ahmad
menyusul adanya fatwa dari Makkah bahwa Syariat 1596 Palembang pernah diserang oleh Kesultanan Pada masa pemerintahan anaknya yang bernama Najamuddin Prabu Anom, ia pun memberontak,
melarang perempuan memimpin suatu negara (1699) Banten yang di bawah pimpinan Maulana Muhammad Sultan Ahmad Najamuddin (1758—1776) siar agama akhirnya ia ditangkap kemudian diasingkan ke Banda
(Yusuf,2006: 69) yang kemudian gugur dan diberi gelar Pangeran islam semakin pesat. Pada waktu itu berkembang hasil lalu ke Menado. (Azra & Burhanuddin 2012:33)
Seda ing Palembang atau Pangeran seda ing Rana.
68 69