Page 77 - Atlas Sejarah Kebudayaan Islam
P. 77

Atlas Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia   Pendirian Kerajaan Islam di Nusantara





            Kerajaan  Aceh mencapai  zaman keemasannya        diduduki oleh para ulama, yakni Syekhul Islam dan
            pada periode Sultan Iskandar  Muda (1607—1636     Kadi Malik  al-Adil. Keterkaitan  jaringan  ulama Aceh
            M) yang ditandai dengan penaklukan dan perluasan   dengan ulama  lain  di Nusantara juga tampak  dari
            wilayah. Pada tahun 1612  Aceh menaklukkan  Deli   peran para ulama seperti Syekh Burhanuddin dari
            dan dilanjutkan dengan menyerang ke Johor dan     Ulakan dan Abdul Muhyi yang turut dalam penyiaran
            Bintan  pada  tahun 1614.  Pahang  berhasil  dikuasai   Islam.
            Aceh pada tahun 1618, Kedah dikuasai pada tahun
            1619 dan Nias dikuasai pada tahun 1624—1625.      Kemajuan ekonomi diperoleh melalui sistem monopoli
            Berbagai kemenangan itu, diuraikan di dalam karya   perdagangan di pesisir barat Sumatra Barat sampai
            lokal yang berjudul  Bustanus Salatin. Selain itu,   ke Indrapura..  Aceh menjadi pusat perdagangan
            ia juga membangun  masjid  Baitur Rahman dan      diantara  Nusantara,  Cina ataupun  Barat, sehingga
            beberapa masjid pada tiap-tiap negeri. Ia menguatkan   hegemoni  ekonomi  dan politik  sudah  bergeser  dari
            agama Islam dan mewajibkan rakyatnya untuk salat   Kerajaan Johor pindah ke Aceh. (Kartodirjo,1993:42).
            lima waktu, puasa Ramadan, dan puasa sunah serta   Disamping itu hubungan diplomatik  dengan  Turki
            mengenyahkan  minuman  arak dan judi  (Abdullah,   Usmani  dilanjutkan  dengan  menerima  utusan
            2015:265—266).                                    resmi dari Sultan Ahmad I (1603—1617 M). Jalinan
                                                              hubungan kekerabatan dengan Pahang dilakukan
            Aceh juga  menjadi  pusat  keberadaan  ulama      melalui pernikahan antara putrinya Safiatuddin dengan
            terkemuka di Nusantara, yang memiliki  jaringan   putra Sultan Ahmad Syah yang kelak menggantikan
            intelektual dengan Makkah. Selain itu, di Aceh juga   Sultan Iskandar Muda. (Yusuf, 2006:68-69).
            berdiri lembaga di dalam lingkungan kerajaan yang

































                                                                        Koin dirham dan keueh Kesultanan Aceh
                                                                        Sumber:Koleksi Museum Bank Indonesia
















 66                                                           67
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82