Page 442 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 442
Atas
Yahya A. Muhaimin
seusai wisuda di
Central Community
High School De
Witt, Iowa, Mei 1965
(Sumber: Buku Tiga
Kota Satu Pengabdian Pembangunan ekonomi sangat memerlukan semangat “kewiraswastaan”, yang pada umumnya
Jejak Perjalanan Yahya mempunyai semangat kompetitif, kemandirian, serta independensi. Akan tetapi di Indonesia semangat
A. Muhaimin)
itu tidak ditemukan; bahkan sebaliknya muncul pengusaha yang tumbuh karena topangan negara,
8
Tengah yang disebut Yahya sebagi client businessmen ‘pengusaha klien’. Semakin banyak pengusaha asli atau
Yahya A. Muhaimin pengusaha pribumi, tetapi kebanyakan di antara mereka pengusaha yang tumbuh dan besar berkat
bersama istri
menikmati musim dukungan kalangan birokrasi dan interaksi yang sangat menarik. Yahya percaya bahwa ada hubungan
semi di luar kota yang bersifat kausal antara bentuk kebijaksanaan ekonomi dengan lahir dan berkembangnya pengusaha.
Washinton di sela-
sela tugasnya sebagai Ia mencoba melihat bagaimana dan teknik apa yang digunakan oleh pengusaha-pengusaha tersebut di
Atdikbud dalam membina atau menjaga hubungan tersebut. 9
(Sumber: Buku Tiga
Kota Satu Pengabdian Client businessmen adalah para pengusaha yang bekerja dengan dukungan dan proteksi dari jaringan
Jejak Perjalanan Yahya
A. Muhaimin) kekuasaan pemerintahan. Para pengusaha mempunyai patron dalam kelompok kekuasaan politik-
birokrasi dan mereka sangat tergantung kepada konsesi dan monopoli yang diberikan pemerintah.
Bawah Mereka lahir di luar aparat birokrasi, tetapi biasanya masih termasuk ke dalam keluarga elit yang sedang
Mendiknas Yahya A.
10
Muhaimin memberi berkuasa. Yahya mendefinisikan client businessmen sebagai “individu dan perusahaan yang bergantung
kenang-kenangan kepada penguasa untuk dapat melakukan kegiatan bisnis”, sedangkan peran ekonominya dikatakannya
kepada Siswa SMP
Cimanggu, Banten lebih lanjut dengan “ketergantungan yang sifatnya menentukan kepada koneksi atau hubungan dengan
(Sumber: Buku Tiga pengusaha.” Itulah yang membedakan antara pengusaha klien dan pengusaha mandiri. 11
Kota Satu Pengabdian
Jejak Perjalanan Yahya
12
A. Muhaimin) Pada tulisan yang lain Yahya menjelaskan bahwa perilaku client businessmen bisa mengakibatkan paham
“bapakisme”, seperti yang marak pada zaman Orde Baru dengan istilah “Asal Bapak Senang”. Negara
birokrasi patrimonial merupakan lingkungan terbaik bagi tumbuh suburnya korupsi, karena korupsi banyak
dilakukan dengan menggunakan kedok birokrasi. Para kapitalis semu tersebut merupakan client businessmen.
Mereka individu dan perusahaan yang bergantung pada penguasa—yang menjadi patron mereka—untuk
dapat melakukan kegiatan bisnisnya. Praktik patron-klien telah berlangsung sejak Indonesia baru mengecap
kemerdekaan. Atas kritik tersebut buku Yahya A. Muhaimin disomasi oleh Probosutedjo, seorang pengusaha
yang juga adik tiri Soeharto, karena merasa tersindir oleh buku terbitan LPeS tersebut.
Probosutedjo memprotes keras dan menuduh Yahya melakukan penghinaan. Meskipun demikian
protes Probosutedjo disampaikan dalam batas-batas kewajaran etis. Probosutedjo memberi penjelasan,
bantahan, dan tuntutan kepada yang diprotes serta ancaman gugatan pengadilan. Yahya pun siap
mempertanggungjawabkan bukunya “secara imiah”. Yahya memang tampak ‘terpukul’ oleh kasus ini dari
segi non-ilmiah, tetapi solidaritas rekan-rekannya menjadi dukungan non-ilmiah yang dibutuhkannya. 13
Pada 12 Juni 2012 di kantor Menteri Pendidikan Nasional, Jakarta, Yahya A. Muhaimin meluncurkan buku
biografinya dengan judul Tiga Kota Satu Pengabdian. Dalam buku bersampul hijau tersebut mantan Menteri
Pendidikan Nasional pada masa Presiden Abdurraman Wahid dan Megawati Soekarnoputri ini menceritakan
pengalamannya di bidang yang berbeda-beda, antara lain perjalanan akademisnya, jejak langkahnya sebagai
pengajar dan ilmuwan pada dunia pendidikan, dan keberadaannya sebagai pengamat militer yang disegani
di negara ini. Analisisnya mengenai peran militer pada masa Orde Baru membuat dirinya semakin dikenal,
yang menyebut bahwa militer saat itu memegang peran amat strategis dalam pemerintahan dan politik.
PROGRAM PADA AWAL REFORMASI
Setelah Pemilu tahun 1999 K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Presiden RI dan Megawati
Soekarno Putri sebagai Wakil Presidennya. Kabinetnya bernama Kabinet Persatuan Nasional. Nama
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan diubah menjadi Departemen Pendidikan Nasional dan
kemudian diubah lagi menjadi Kementerian Pendidikan Nasional dengan Dr. Yahya A. Muhaimin sebagai
menterinya. Dampak perubahan nama tersebut masalah kebudayaan tidak berada di bawah naungan
Kementerian Pendidikan, tetapi bergabung ke Departemen Pariwisata. 14
430 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 431

