Page 443 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 443

Atas
 Yahya A. Muhaimin
 seusai wisuda di
 Central Community
 High School De
 Witt, Iowa, Mei 1965
 (Sumber: Buku Tiga
 Kota Satu Pengabdian   Pembangunan  ekonomi  sangat  memerlukan  semangat  “kewiraswastaan”,  yang  pada  umumnya
 Jejak Perjalanan Yahya   mempunyai semangat kompetitif, kemandirian, serta independensi. Akan tetapi di Indonesia semangat
 A. Muhaimin)
               itu tidak ditemukan; bahkan sebaliknya muncul pengusaha yang tumbuh karena topangan negara,
                                                                        8
 Tengah        yang disebut Yahya sebagi client businessmen ‘pengusaha klien’.  Semakin banyak pengusaha asli atau
 Yahya A. Muhaimin   pengusaha pribumi, tetapi kebanyakan di antara mereka pengusaha yang tumbuh dan besar berkat
 bersama istri
 menikmati musim   dukungan kalangan birokrasi dan interaksi yang sangat menarik. Yahya percaya bahwa ada hubungan
 semi di luar kota   yang bersifat kausal antara bentuk kebijaksanaan ekonomi dengan lahir dan berkembangnya pengusaha.
 Washinton di sela-
 sela tugasnya sebagai   Ia mencoba melihat bagaimana dan teknik apa yang digunakan oleh pengusaha-pengusaha tersebut di
 Atdikbud      dalam membina atau menjaga hubungan tersebut. 9
 (Sumber: Buku Tiga
 Kota Satu Pengabdian   Client businessmen adalah para pengusaha yang bekerja dengan dukungan dan proteksi dari jaringan
 Jejak Perjalanan Yahya
 A. Muhaimin)  kekuasaan  pemerintahan.  Para  pengusaha  mempunyai patron  dalam  kelompok  kekuasaan  politik-
               birokrasi dan mereka sangat tergantung kepada konsesi dan monopoli yang diberikan pemerintah.
 Bawah         Mereka lahir di luar aparat birokrasi, tetapi biasanya masih termasuk ke dalam keluarga elit yang sedang
 Mendiknas Yahya A.
                        10
 Muhaimin memberi   berkuasa.  Yahya mendefinisikan client businessmen sebagai “individu dan perusahaan yang bergantung
 kenang-kenangan   kepada penguasa untuk dapat melakukan kegiatan bisnis”, sedangkan peran ekonominya dikatakannya
 kepada Siswa SMP
 Cimanggu, Banten  lebih lanjut dengan “ketergantungan yang sifatnya menentukan kepada koneksi atau hubungan dengan
 (Sumber: Buku Tiga   pengusaha.” Itulah yang membedakan antara pengusaha klien dan pengusaha mandiri. 11
 Kota Satu Pengabdian
 Jejak Perjalanan Yahya
                                  12
 A. Muhaimin)  Pada tulisan yang lain  Yahya menjelaskan bahwa perilaku client businessmen bisa mengakibatkan paham
               “bapakisme”, seperti yang marak pada zaman Orde Baru dengan istilah “Asal Bapak Senang”. Negara
               birokrasi patrimonial merupakan lingkungan terbaik bagi tumbuh suburnya korupsi, karena korupsi banyak
               dilakukan dengan menggunakan kedok birokrasi. Para kapitalis semu tersebut merupakan client businessmen.
               Mereka individu dan perusahaan yang bergantung pada penguasa—yang menjadi patron mereka—untuk
               dapat melakukan kegiatan bisnisnya. Praktik patron-klien telah berlangsung sejak Indonesia baru mengecap
               kemerdekaan. Atas kritik tersebut buku Yahya A. Muhaimin disomasi oleh Probosutedjo, seorang pengusaha
               yang juga adik tiri Soeharto, karena merasa tersindir oleh buku terbitan LPeS tersebut.

               Probosutedjo  memprotes  keras  dan  menuduh  Yahya  melakukan  penghinaan.  Meskipun  demikian
               protes Probosutedjo disampaikan dalam batas-batas kewajaran etis. Probosutedjo memberi penjelasan,
               bantahan, dan tuntutan kepada yang diprotes serta ancaman gugatan pengadilan. Yahya pun siap
               mempertanggungjawabkan bukunya “secara imiah”. Yahya memang tampak ‘terpukul’ oleh kasus ini dari
               segi non-ilmiah, tetapi solidaritas rekan-rekannya menjadi dukungan non-ilmiah yang dibutuhkannya. 13

               Pada 12 Juni 2012 di kantor Menteri Pendidikan Nasional, Jakarta, Yahya A. Muhaimin meluncurkan buku
               biografinya dengan judul Tiga Kota Satu Pengabdian. Dalam buku bersampul hijau tersebut mantan Menteri
               Pendidikan Nasional pada masa Presiden Abdurraman Wahid dan Megawati Soekarnoputri ini menceritakan
               pengalamannya di bidang yang berbeda-beda, antara lain perjalanan akademisnya, jejak langkahnya sebagai
               pengajar dan ilmuwan pada dunia pendidikan, dan keberadaannya sebagai pengamat militer yang disegani
               di negara ini. Analisisnya mengenai peran militer pada masa Orde Baru membuat dirinya semakin dikenal,
               yang menyebut bahwa militer saat itu memegang peran amat strategis dalam pemerintahan dan politik.


               PROGRAM PADA AWAL REFORMASI

               Setelah Pemilu tahun 1999 K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Presiden RI dan Megawati
               Soekarno Putri sebagai Wakil Presidennya. Kabinetnya bernama Kabinet Persatuan Nasional. Nama
               Departemen Pendidikan dan Kebudayaan diubah menjadi Departemen Pendidikan Nasional dan
               kemudian diubah lagi menjadi Kementerian Pendidikan Nasional dengan Dr. Yahya A. Muhaimin sebagai
               menterinya. Dampak perubahan nama tersebut masalah kebudayaan tidak berada di bawah naungan
               Kementerian Pendidikan, tetapi bergabung ke Departemen Pariwisata. 14




 430  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  431
   438   439   440   441   442   443   444   445   446   447   448