Page 449 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 449

Menteri Pendidikan
 Nasional Yahya A.
 Muhaimin berbincang
 dengan Presiden
 Abdurrahman Wahid
 di Bumiayu
 (Sumber: Buku Tiga
 Kota Satu Pengabdian   ENDNOTES
 Jejak Perjalanan Yahya
 A. Muhaimin)  1  Busyairi, B. 2012, Tiga Kota Satu Pengabdian Jejak Perjalanan Yahya A. Muhaimin, Yogyakarta : Tiara Wacana: hal 7-9.
               2  Ibid., hlm. 13.
               3  Ibid., hlm. 24.
               4  Ibid., hlm. 105.
               5  Ibid., hlm. 159-160.
               6  Ibid., hlm. 31.
               7  Gaffar, A. 1991. “Hubungan Patron Client dan Kosekuensinya Terhadap Lahimya Pengusaha Indonesia: Review Buku Dr. Yahya
                 Muhaimin”. UNISIA 10.X1.IV.1991. hlm. 83.
               8  Ibid., hlm. 84.
               9  Ibid.
               10  Muhaimin, Y. 1991. Bisnis dan Politik.Jakarta: LP3S. hlm. 152.
               11  Gaffar. Op.Cit., hlm. 86.
               12  Muhaimin, Y. 1980. “Beberapa Segi Birokrasi di Indonesia”. Jurnal Prisma No.10 Tahun IX Oktober 1980. hlm. 21.
               13  Heryanto, A. 1991. “Giliran Yahya Muhaimin”. Koran Bernas Senin, 6 Meil 1991.
 bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi, padahal demonstrasi merupakan suatu   14  Andriono, dkk. 2011. Jejak langkah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (1945-011). Jakarta: Kemendikbud. hlm. 191.
 perilaku untuk mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi. Perilaku yang tidak mencerminkan   15  Busyairi. Op.Cit. hlm. 166.
 nilai-nilai demokrasi tersebut seperti main hakim sendiri yang dapat menjurus pada perilaku   16  Busyairi, 2011, hlm. 176-183.
 anarkis; bahkan dapat mengesampingkan nilai-nilai ketimuran, kepatutan, dan kemanusiaan.  17  Suhardan, D. 2007. “Efektivitas Pengawasan Profesional dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran pada Era Otonomi Daerah”.
                 EDUCATIONIST No.I Vol. I Januari 2007. hlm. 57.
 Pelaksanaan program “Pembinaan Karakter” diawali dengan kebijakan menata struktur kelembagaan   18  Busyairi. Op.Cit., hlm. 184-194.
 birokrasi yang ada di Kementerian Pendidikan Nasional. Yahya mulai melakukan perubahan dengan   19  Ibid., hlm. 196.
 menempatkan Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah di bawah koordinasi langsung Sekretariat   20 Ibid., hlm. 186-187.
 Jenderal, baru kemudian menata struktur organisasi dalam rangka pelaksanaan “Pembinaan Karakter”.   21  Kompas.com, 15/01/2010.
 Dalam Sarasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Yahya mengatakan,   22 2008. “Meretas Jalan Panjang Keunggulan Daya Saing Indonesia di Milenium Ketiga: Refleksi 10 Tahun Reformasi Bidang Iptek”. Jurnal
 “Indonesia dikenal memiliki karakter kuat sebelum zaman kemerdekaan, tatkala mencapai kemerdekaan,   Demokrasi & HAM Vol. 8, No. 1, 2008. Hlm. 16.
 dan mempertahankan kemerdekaan. Sekarang, karakter masyarakat Indonesia tidak sekuat pada masa
 lalu, sangat rapuh. Pemimpin saat ini juga tidak menjaga pembangunan karakter dan budaya bangsa.” 21

 Program “Pembinaan Karakter” baru bisa dilaksanakan pada saat Menteri Pendidikan Nasional dijabat
 Muhammad Nuh. Setelah tiga hari Nuh dilantik sebagai Menteri Pendidikan Nasional, Yahya bertemu
 dengan Nuh dan menyampaikan program “Pembinaaan Karakter” yang pernah dirintisnya. Nuh
 menanggapi dengan baik masukan Yahya dan mengeluarkan kebijakan “Pembinaan Karakter” secara
 massal dan harus dilakukan oleh semua sekolah mulai dari SD, SMP, hingga SMA, bahkan perguruan
 tinggi. Pada masa Nuh kebijakan ini dikenal dengan nama “Pendidikan Karakter” dan menjadi salah satu
 dasar penyelanggaraan Kurikulum 2013.

 Pentingnya peran IPTEK dalam pembangunan juga tercermin dalam Undang-Undang No. 25 Tahun
 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas, tahun 2000-2004) melalui empat program
 nasional, yang meliputi (1) IPTEK dalam dunia usaha, (2) diseminasi informasi IPTEK, (3) peningkatan
 sumber daya IPTEK, dan (4) kemandirian dan keunggulan IPTEK (Zuhal, 2008: 16). Pengembangan,
 penguasaan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi hanya  dapat terjadi dalam suatu
 kebudayaan yang tinggi. Kebudayaan, termasuk sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem
 pengetahuan, religi, serta peralatan dan perlengkapan hidup suatu bangsa merupakan faktor yang amat
 menentukan apakah ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara
 efisien dan produktif oleh masyarakatnya. 22












 436  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  437
   444   445   446   447   448   449   450   451   452   453   454