Page 51 - Emodul Perpajakan
P. 51
1) Jika upah/uang saku harian atau rata-ratanya tidak melebihi Rp.450.000 dan
jumlah kumulatif yang diperoleh dalam satu bulan kelander tidak melebihi
Rp.4.500.000 maka tidak dikenakan PPh Pasal 21
Contoh kasus:
Haryadi berstatus belum menikah. Pada Februari 2021, ia bekerja sebagai
buruh harian di PT Bahagia Always. Dia bekerja selama 10 hari dan
memperoleh upah harian sebesar Rp.450.000
Pembahasan kasus PPh Pasal 21:
Haryadi menerima upah sehari tidak melebihi Rp.450.000, dan upah selama
bulan Februari 2021 sebesar 10 x Rp.450.000 = Rp.4.500.000, maka dari itu
Haryadi tidak dikenakan PPh Pasal 21
2) Jika upah/uang saku harian atau rata-ratanya telah melebihi Rp.450.000 dan
jumlah kumulatif yang diperoleh dalam satu bulan kelander tidak melebihi
Rp.4.500.000. maka dikenakan PPh Pasal 21, dengan ketentuan:
PPh Pasal 21 sehari = Tarif 5% x Upah kena pajak sehari
Upah kena pajak sehari = Upah sehari – Rp.450.000
Contoh kasus :
Adityawarman berstatus menikah, tercatat sebagai karyawan yang bekerja
sebagai perakit komputer di sebuah perusahaan elektronik, PT Electric. Upah
yang diperoleh Adiyawarman berdasarkan jumlah unit/satuan yang
diselesaikannya, yaitu Rp.500.000 per unit. Upah dibayarkan setiap minggu.
Dalam waktu satu minggu (6 hari kerja), Adityawarman mampu merakit 10
komputer sehingga total upah yang diterimanya sebesar Rp.5.000.000
Pembahasan kasus PPh Pasal 21:
Upah sehari : Rp.5.000.0000 : 6 Rp.833.333
Upah kena pajak sehari : Rp.833.333 – Rp.450.000 Rp.383.333
PPh Pasal 21 sehari : 5% x Rp.383.333 Rp. 19.167
PPh Pasal 21 atas seluruh upah (enam hari kerja) Rp.115.002
3) Jika upah yang diperoleh dalam satu bulan tidak melebihi Rp.4.500.000, tetapi
tidak melebihi Rp.10.200.000 maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah :
PPh Pasal 21 sehari = Tarif 5% x upah kena pajak sehari
Upah kena pajak sehari = Upah sehari – PTKP yang sebenarnya sehari
PTKP yang sebenarnya sehari = PTKP setahun : 360
44
E-Modul Perpajakan Nita Sofia, S.Pd, M.Pd.E