Page 54 - KelasIX BahasaIndonesia BG.pdf
P. 54

pertokoan membuatkan pintu masuk, yang dibuka pada pukul
                          6 pagi dan ditutup pukul10 malam. Jika pintu ini ditutup,
                          mereka harus memutar sejauh 2 kilometer.
                              Pak Adil  mengangkat  batang  sepeda.  Dia  meniti  hati-
                          hati pinggiran selokan. Gang selebar 1 meter diapit tembok
                          tinggi milik rumah sakit swasta di sisi kiri dan di selokan
                          selebar dua meter di kanannya, yang langsung berhubungan
                          dengan tembok perusahaan besar. Hanya satu meter mereka
                          memberi  jalan  bagi  penduduk  kampung  berkehidupan,
                          menuju jalan raya, di mana rezeki berseliweran.
                              Dia menghentikan langkahnya. Sepedanya tertahan. Ada
                          sekitar 20 anak tangga untuk mencapai pintu tembus. Dia
                          menjinjing  sepedanya  dengan  susah  payah,  walaupun  ini
                          sudah dijalaninya sejak 7 tahun yang lalu, sejak perusahaan
                          tempatnya bekerja bangkrut akibat terempas badai moneter.
                          Dari uang pesangon yang tak seberapa sebagai RI¿FH ER\, dia
                          bisa memulai usahanya ini.
                              Napasnya  tersengal-sengal.  Kedua  tangannya  pegal-
                          pegal.  Mungkin  dirinya  sudah  semakin  tua.  Dia  menahan
                          beban sepedanya agar tak menggelinding. Aneh, pintu masih
                          tertutup.  Dia  merasa  yakin  kalau  sekarang  sudah  saatnya
                          pintu  dibuka.  Tadi  dari  rumah  dia  berangkat  pukul  05.45
                          WIB. Jalan pun dipelankan, agar begitu sampai di sini pas
                          pintu dibuka. Tapi, ke mana Pak Soleh, satpam yang biasa
                          membukakan pintu?
                              Dia  dengan  sabar  menunggu.  Tapi  kedua  lututnya
                          gemetar.  Kepalanya  pusing.  Subuh  tadi,  saat  istrinya
                          memasukkan  mi  ayam,  tahu,  telur  dadar  bakwan,  tempe
                          goreng, sambal kentang, dan tahu semur ke dalam plastik,
                          memperingatkannya agar jangan berjualan.
                              “Wajah Bapak pucat,” kata istrinya.
                              “Nggak, nggak apa-apa, Bu…”
                              “Berhenti dulu ngerokok sama ngopinya…”
                              Pak Adil  mengangguk.  Pagi  tadi,  untuk  yang  pertama
                          kalinya,  dia  tidak  menghirup  kopi  dan  merokok.  Dia
                          mengikuti  saran  istrinya;  meminum  teh  manis  panas  dan
                          bubur yang diberi kecap serta irisan telor dadar.
                              “Perasaan Ibu, kok, nggak enak ya, Pak…”





                 56   Kelas IX SMP/MTs








                                  Di unduh dari : Bukupaket.com
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59