Page 57 - KelasIX BahasaIndonesia BG.pdf
P. 57
“Saya telat kerja, nih!”
Satpam pun bergegas turun dari menara. Dia menuju pintu
tembus. Kini dia berdiri di seberang Pak Adil dan para warga.
Hanya dibatasi oleh pintu besi berjeruji. Dia berkacak pinggang.
Matanya yang masih belekan dibuka lebar-lebar; membelalak.
“Pak Soleh, ke mana? Sakit?” Tanya Pak Adil.
“Dia dipecat! Nggak becus kerjanya!”
Pak Adil makin pening.
“Siapa dia?”
“Satpam baru kali!”
“Mentang-mentang baru, mau mainin kita!”
“Minta uang kali!”
“Udah, kasih, kasih!”
“Wah, duitku pas-pasan buat angkot, nih!”
“Pak Adil, Pak Adil!”
“Iya! Kasih dia sarapan, Pak!”
Pak Adil setuju. Tangannya dengan cepat merogoh kotak
besar di jok belakang sepedanya. Kini posisinya makin turun
ke anak tangga di tengah. Beberapa warga sudah mengambil
alih posisinya. Dia mengambil nasi bungkus, telur dadar,
dan sambel kentang. Lalu memasukkannya ke plastik hitam.
Dadanya terasa berdebar kencang.
“Kurang, Pak Adil! Kasih bakwannya, dong!” tegur
seseorang, yang memakai seragam RI¿FH ER\ pasar swalayan.
“Pelit amat, sih!”
“Iya,iya” Pak Adil mengambil bakwan. Hatinya merasa
tak enak. Bungkusan berisi sarapan itu disodorkan ke warga
di depannya. Secara estafet paket sarapan itu sampai di depan
pintu tembus.
“Apa ini?” si satpam menatap curiga.
“Ayo, bukain! Ini sarapan buat Bapak!”
“Heh, enak aja! Lu pikir gue nggak sanggup beli, apa!”
“Ya, terserah! Sekarang, cepat buka!”
“Nggak bisa! Pemilik pertokoan sudah mengeluarkan
keputusan, bahwa sejak hari ini, pintu tidak boleh dibuka
lagi!”
“Lho, kok bisa begitu?”
“Ya, bisa saja!”
“Tapi, kenapa?”
Bahasa Indonesia 59
Di unduh dari : Bukupaket.com