Page 40 - MODUL 3
P. 40
f. Pengaruh pemerintah kolonial di berbagai daerah
Adapun pengaruh pemerintah kolonial diberbagai daerah yang dapat dijabarkan sebagai
berikut.
1) Pengaruh terhadap kehidupan ekonomi
Kemiskinan timbul di mana-mana karena rakyat tidak memiliki kesempatan untuk mengerjakan
sawah, ladang, dan peternakan mereka sendiri.
Terjadinya penyimpangan kebijakan tanam paksa, diberbagai daerah seperti Demak, Purwodadi,
dan Cirebon banyak terjadi kelaparan.
2) Pengaruh terhadap kehidupan politik
Pemerintah lokal tidak lagi memiliki kekuasaan yang besar karena sering ada campur tangan
pemerintah kolonial. Penguasa lokal tidak jarang kehilangan sebagian atau seluruh haknya
atas suatu daerah.
3) Pengaruh terhadap kehidupan sosial
Pejabat lokal yang dulu sangat berkuasa hanya menjadi pengawai pemerintah kolonial,
sehingga derajat mereka seakan-akan turun di mata rakyat. Muncul suatu kelompok masyarakat
berdasarkan golongan yaitu kelompok masyarakat Eropa (Kolonial), kelompok masyarakat
bangsawan, dan kelompok masyarakat jelata.
4) Pengaruh terhadap kehidupan budaya
Tradisi barat berkembang dalam masyarakat pribumi, seperti dansa di kalangan bangsawan.
Banyak tradisi kerajaan lokal yang luntur setelah campur tangan Belanda. Adanya tradisi lokal
yang berakulturasi dengan budaya Barat (Belanda), yang membentuk kebudayaan baru yang
disebut kebudayaan Indonesia.
g. Dampak adanya stelsel tanah atau sewa tanah
Adanya sewa tanah yang dibuat oleh Raffles tersebut memiliki dampak positif dan negatif.
1) Dampak positif sewa tanah
Berikut dampak positif sewa tanah.
a) Memperkenalkan sewa tanah dengan titik berat pada pajak dan ekonomi uang atau
moneter.
b) Menunjukkan pemerintahan yang sentralistis.
c) Menunjukkan gaya yang memadukan otoriter versus demokrasi.
d) Dihapuskannya kerja rodi dan upeti.
e) Kopi merupakan sumber pendapatan pemerintah yang terjamin.
2) Dampak negatif sewa tanah
Berikut dampak negatif sewa tanah.
a) Menumbuh kembangkan kebencian rakyat pemilik tanah.
b) Timbulnya kerugian yang cukup besar bagi pribumi.
d) Menumpahnya kekecewaan para sultan, bupati, dan bangsawan akibat pengambilan
pajak secara langsung pada distrik, dan desa serta kepala-kepala rakyat.
e) Petani tidak boleh menjual, membeli maupun menggadaikan tanah.
4. Pengaruh Sistem Tanam Paksa
Istilah tanam paksa berasal dari bahasa Belanda, yaitu
Cultuurstelsel. Pencetusan ide dan pelaksanaan tanam paksa
di Indonesia yaitu Johannes van den Bosch, seorang gubernur
jenderal Belanda pada tahun 1830 sampai 1833. Sistem Tanam
Paksa (Cultuurstelsel), merupakan peraturan yang dikeluarkan
Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830
yang mengharuskan setiap desa menyisihkan 20% tanahnya
untuk ditanami komoditi yang laku di pasar ekspor, khususnya
tebu, tarum (nila), dan kopi. Hasil tanaman ini nantinya harus
dijual kepada pemerintah Belanda dengan harga yang telah
ditetapkan. Sedangkan Penduduk desa yang tidak punya tanah
Gambar ilustrasi tanam paksa
36 Modul Ilmu Pengetahuan Sosial VIII SMP/MTs Semester Genap (Kurikulum 2013)