Page 45 - MODUL 3
P. 45
Portugis dalam memperebutkan jalur perdagangan di Selat Malaka. Usaha Aceh untuk
menyingkirkan Portugis dilakukan dengan cara melengkapi kapal dagangnya dengan prajurit
dan persenjataan, menjalin kerja sama dengan Kerajaan Demak, dan meminta bantuan
persenjataan ke Turki, Inggris, Goa, dan Gujarat. Pada perang tersebut tidak ada yang menang
dan yang kalah. Perang berakhir setelah jatuhnya pelabuhan Malaka ke tangan Belanda tahun
1641.
2) Perlawanan Kerajaan Demak
Supaya dapat menyingkirkan Portugis dari Malaka, Pangeran Sabrang Lor atau Pati Unus
menghimpun dan mengirimkan pasukan dari Jawa, Makassar, Lampung, dan bekerja sama
dengan Kerajaan Aceh untuk merebut pelabuhan Malaka. Namun, tindakan tersebut mengalami
kegagalan karena kalah persenjataan bahkan Pati Unus tertembak namun masih selamat
sampai di Jawa. Guna menghalangi kekuasaan Portugis atas Jawa, pengganti Pati Unus yaitu
Sultan Trenggono memperluas kekuasaan ke Jawa Barat dan Jawa Timur. Tetapi Pasuruan
dan Blambangan tidak berhasil ditaklukkan.
3) Perlawanan Kerajaan Ternate
Perlawanan mulai terjadi sejak tahun 1533 yang dipimpin Sultan Dajalo. Perang ini disebabkan
adanya monopoli perdagangan oleh Portugis. Selain itu, Portugis ikut campur tangan masalah
internal kerajaan serta keserakahan dan kesombongan Portugis yang memandang rendah
penduduk Ternate. Oleh karena itu, Sultan Dajalo menyatukan rakyat Ternate, Tidore, dan Irian
untuk bangkit melawan Portugis. Pasukan Ternate berhasil membakar benteng dan mendesak
pasukan Portugis. Tetapi berkat bantuan pasukan Portugis dari Malaka yang dipimpin Antonio
Galvano perlawanan dapat dipadamkan.
Pada tahun 1565 perlawanan rakyat bangkit lagi, dipimpin Sultan Hairun. Pasukan Portugis
terdesak dan minta diadakan perjanjian damai di Benteng New Victoria. Sultan Hairun
memenuhi permintaan Portugis namun secara licik Sultan Hairun dibunuh oleh kaki tangan
Portugis di dalam benteng. Meninggalnya Sultan Hairun membuat marah rakyat Ternate.
Perlawanan berkobar lagi dan lebih besar dipimpin Sultan Baabulah putra Sultan Hairun. Pada
tahun 1574 benteng Portugis berhasil direbut dan tanggal 28 Desember 1577 Portugis terusir
dari seluruh Maluku dan melarikan diri ke Timor-Timur.
c. Perlawanan terhadap VOC
Perlawanan terhadap bangsa penjajah juga
dilakukan terhadap bangsa Belanda. Setelah
Belanda mendirikan VOC dan menjadikan Jayakarta
(kemudian diganti nama menjadi Batavia) sebagai
pusat operasional VOC, timbul reaksi dari kerajaan-
kerajaan yang merasa dirugikan akibat didirikannya
VOC itu. Perang terhadap VOC di antaranya
sebagai berikut.
1) Perlawanan Kerajaan Mataram
Perlawanan Kerajaan Mataram disebabkan
oleh usaha Sultan Agung Hanyokrokusumo Gambar perlawanan rakyat Indonesia melawan VOC.
untuk mengembangkan kekuasaannya di
seluruh Jawa. Tetapi usaha ini terhalang oleh VOC yang ada di Batavia. Oleh karena itu, perlu
dilancarkan serangan ke Batavia guna menyingkirkan VOC dari Pulau Jawa. Alasan Mataram
adalah VOC tidak mau mengakui kedaulatan Kerajaan Mataram dan berusaha memonopoli
perdagangan di Jawa. Serangan Kerajaan Mataram terjadi dua kali, tahun 1627 dipimpin
Tumenggung Bahurekso, Suro Agul-Agul, Dipati Uposonto, Dipati Mandurejo, dan Dipati Ukur.
Serangan pertama gagal karena banyak persediaan makanan pasukan Mataram dibakar
Belanda, jarak Mataram VOC yang jauh dan kalah persenjataan perang. Pada serangan
kedua dipimpin Pangeran Puger dan Pangeran Purboyo berhasil mengepung Batavia berhari-
hari. Pada serangan ini Gubernur Jenderal Belanda J.P Coen tewas terkena penyakit kolera.
Sepeninggal Sultan Agung, penggantinya yaitu Sultan Amangkurat Mas I justru bersedia bekerja
Modul Ilmu Pengetahuan Sosial VIII SMP/MTs Semester Genap (Kurikulum 2013) 39