Page 50 - MODUL 3
P. 50
1. Latar Belakang Munculnya Nasionalisme Indonesia
Selama masa pemerintahan kolonialisme, rakyat Indonesia mengalami penderitaan yang amat
mendalam. Seiring berjalannya waktu mulai muncul rasa kebangsaan Indonesia berasal dari keinginan
kuat rakyat Indonesia untuk merdeka dan berdaulat. Sejak abad 19 dan 20, mulai muncul benih-benih
rasa kebangsaan atau nasionalisme bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika, khususnya Indonesia.
a. Faktor tumbuhnya semangat kebangsaan
Banyak faktor yang memicu munculnya rasa kebangsaan di Indonesia. Berikut faktor-faktor
yang memicu tumbuhnya semangat kebangsaan di Indonesia.
1) Politik etis
Pada permulaan abad 20, kebijakan penjajahan Belanda mengalami perubahan arah yang
paling mendasar dalam sejarahnya. Kebijakan kolonial Belanda untuk mengeksploitasi
terhadap Indonesia mulai berkurang sebagai pembenaran utama bagi kekuasaan Belanda,
dan digantikan dengan pertanyaan-pertanyaan keperihatinan atas kesejahteraan bangsa
Indonesia. Kebijakan ini dinamakan politik etis.
Politik etis atau politik balas budi berakar dalam masalah kemanusiaan maupun keuntungan
ekonomi. Selama zaman liberal (1870–1900), kapitalisme swasta memainkan pengaruh yang
sangat menentukan terhadap kebijakan penjajahan. Industri Belanda mulai melihat Indonesia
sebagai pasar yang potensial yang standar hidupnya perlu ditingkatkan. Oleh kerena itulah,
kepentingan-kepentingan perusahaan mendukung keterlibatan penjajah yang semakin intensif
untuk mencapai ketenteraman, keadilan, dan moderinitas. Pihak yang beraliran kemanusiaan
membenarkan apa yang ada dalam pikiran kalangan pengusaha itu akan menguntungkan,
dan lahirlah politik etis.
a) Isi politik etis
Politik etis dikembangkan oleh van Deventer. Politik etis bersifat tiga hal yaitu edukasi,
emigrasi, dan migrasi. Di bidang edukasi, golongan pribumi mendapatkan pendidikan
dan pengajaran di Sekolah Angka Dua. Adapun warga negara Belanda bersekolah di
HIS dan HBS. Sistem edukasi produk politik elit sering disebut sistem dualisme. Tujuan
pokok sistem dualisme adalah mencari tenaga kerja murah dan terampil untuk perkebunan
Belanda. Di bidang irigasi, berarti pembuatan saluran irigasi untuk keperluan pengairan
perkebunan dan pemenuhan air minum warga pribumi. Tujuannya sebagai peningkatan
akses terhadap air bersih yang selama ini dimonopoli warga negara Belanda atau Eropa
sekaligus peningkatan kesehatan. Di bidang migrasi, tujuannya adalah pemerataan
penduduk sebagai tenaga kerja murah di luar Jawa.
b) Dampak politik etis
Salah satu program yang berdampak positif sifat jangka panjang bagi bangsa Indonesia
adalah bidang pendidikan sejarah munculnya Budi Utomo, Sarikat Islam, dan berdirinya
Volksraad. Adapun dampak-dampak yang terlihat nyata adalah dalam tiga bidang
berikut.
(1) Bidang politik
Desentralisasi kekuasaan atau otonomi bagi bangsa Indonesia, namun tetap saja
terdapat masalah yaitu golongan penguasa tetap kuat dalam arti intervensi. Hal ini
karena perusahaan-perusahaan Belanda kalah saing dengan Jepang dan Amerika
menjadikan sentralisasi berusaha diterapkan kembali.
(2) Sosial
Lahirya golongan terpelajar, peningkatan jumlah melek huruf, dan perkembangan
bidang pendidikan adalah dampak positif politik etis. Adapun dampak negatifnya
adalah kesenjangan antara golongan bangsawan dan bawah semakin terlihat jelas
karena bangsawan kelas atas dapat bersekolah dengan baik dan langsung
dipekerjakan di perusahaan-perusahaan Belanda.
(3) Ekonomi
Lahirnya sistem kapitalisme modern, politk liberal, serta pasar bebas yang menjadikan
persaingan dan modal menjadi indikator utama dalam perdagangan. Oleh karena
itu, yang lemah akan kalah dan tersingkirkan. Selain itu, juga munculnya dan
berkembangnya perusahaan-perusahaan swasta dan asing di Indonesia.
44 Modul Ilmu Pengetahuan Sosial VIII SMP/MTs Semester Genap (Kurikulum 2013)