Page 20 - PANJUL DAN SAMIN
P. 20

daun ketela pohon yang sudah tua atau yang berwarna
              kuning, akan dibuat mainan wayang-wayangan.

                    Ri,  begitu  Panjul  memanggil  nama  Sumari
              temannya.  Biasanya  anak  desa  memanggil  nama  akhir
              atau nama julukan.
                    “Ayo  kita  main  di  kebun  ketalamu,”  ucap  Panjul

              kepada sahabat karibnya sesampainya di rumah Sumari.
                    “Ayo, Njul dan teman-teman,” Jawab Sumari.
                    “Sudah  lama  kita  tidak  bermain  wayang-
              wayangan,” ucap Sumari dengan wajah gembira.

                    Kemudian Panjul, Samin, Sumari dan teman lainnya
              bergegas menuju kebun belakang rumah yang memang
              pada saat musim kemarau selalu ditanami ketela pohon
              oleh Pak Bibit bapaknya Sumari.
                    Pohon  ketela  adalah  pohon  yang  tahan  akan  air,

              walaupun tidak ada air atau jarang turun hujan, pohon
              ketela  akan  tetap  hidup.  Tampak  pohon-pohon  ketela
              sudah  tumbuh  setinggi  tubuh  orang  dewasa,  berdiri

              kokoh dalam barisan yang rapi seperti barisan tentara.
                    Kebun  itu  tumbuh  subur  karena  bapaknya  Sumari
              tekun merawatnya: menyiangi rumput yang tumbuh di
              antara  pokok-pokok  pohon,  membuangi  daun-daun
              yang  rusak  karena  penyakit,  dan  memupuknya  dengan

              kotoran kambing.
                    Tanpa  menunggu  aba-aba,  sambil  saling  tertawa
              dan  bercanda,  dipungutnya  daun-daun  ketela  tersebut





                                                                         9
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25