Page 73 - PANJUL DAN SAMIN
P. 73

tungku kayu bakar, sambil di pegang ujung kayunya dan
            membolak-balikan agar tidak gosong.

                  Suara  tor-tor,  tor-tor  terdengar  seperti  iringan
            musik  senapan  yang  keluar  dari  bunyi  jagung  yang  di
            bakar.  Setelah  berwarna  agak  kehitaman  sebagai  tanda
            jagung sudah matang, kemudian ujung kayu diangkat.

                  “Dik, itu punya kamu sudah matang,” kata Panjul
            kepada adiknya.
                  “Iya,  Kak,  tapi  sebelahnya  gosong??”  gerutu  adik
            perempuannya itu.

                  “Kamu,  sih.  Tadi  tidak  dibalik,  jadinya  ya  gosong
            gitu.  Tapi  tidak  apa-apa.  Nih  punya  kakak  buat  kamu
            saja.”  Panjul  memberikan  jagung  yang  sudah  matang
            kepada adiknya.
                  “Iya,  Kak.  Terima  kasih.  Ayo  kita  main  diluar,

            Kak,” ajak Lina adik Panjul.
                  Kedua anak itu memakan jagung bakar dengan rasa
            gembira. Terlihat di semburat wajahnya yang lugu dan

            polos  seperti  anak-anak  kecil  lainnya.  Keduanya  juga
            saling  bercanda,  saling  bergurau  sambil  menikmati
            jagung bakar.
                  “Lin,  ayo  kita  main  dengan  ayam  di  belakang.
            Kakak punya mainan yang asyik pokoknya.”

                  “Mainan apa, Kak?” tanya Lina seakan penasaran.
                  “Pokoknya  ayo,  nanti  kamu  akan  tahu  sendiri
            mainan  apa  yang  akan  kita  mainkan  bersama  ayam-

            ayam  di  belakang,”  kata  Panjul  sambil  beranjak  dari


            62
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78