Page 29 - Samisanov 15 OK
P. 29

abad kedua puluh; (2) Albert Einstein suka melamun, gagal dalam
            pelajaran matematika di awal SMA, namun kemudian dia menjadi
            ilmuan fisika terbesar pada zamannya; (3) Thomas Alva Edison sering
            dipukuli  di  sekolahnya  karena  suka  bingung  dan  dikenal  seorang
            siswa  mengajukan  banyak  pertanyaan;  (4)  Guru  Beethoven
            mengatakan  bahwa  dia  komposer  yang  payah,  karena  tidak  bisa
            mengali dan membagi; (5) Widrow Wilson salah seorang presiden
            Amerika Serikat dikenal luas belum bisa membaca sampai berusia
            sebelas tahun”, dikutip dari Barbara Prashning (2007) dalam bukunya
            “The Power of Learning Styles”.
                  Kemudian diketahui hal tersebut di atas terjadi karena gaya
            belajar  (learning  style) mereka tidak  cocok  dengan  gaya mengajar
            guru mereka. Untung saja kesalahan mengajar  (malteaching) teratasi
            karena  motivasi  belajar,  semangat  mencapai  keberhasilan  sendiri,
            dan bantuan orang yang penuh kasih sayang dan pengertian. Selama
            hampir tiga abad hingga saat ini, pembelajaran masih kental berpusat
            pada  guru  (teacher  centries)  dimana  gaya  belajar  setiap  siswa
            mengikuti  gaya  mengajar  guru  mereka,  bukan  sebaliknya”.
            Kegagalan belajar disebabkan oleh kesalahan gaya mengajar dimana
            siswa  belajar  menyesuaikan  dengan  gaya  belajar  gurunya.
            Pembelajaran  yang  mampu  mengembangan  potensi  diri  peserta
            didik apabila dilakukan berdasarkan gaya belajar peserta didik,  dan
            pendidik  melaksanakan  proses  pembelajaran  berdasarkan  gaya
            belajar  peserta  didiknya.  Hal  ini  sangat  cocok  dengan  gagasan
            menteri Pendidikan dan kebudayaan bapak Nadiem Anwar Makarim
            tentang merdeka belajar.
                  Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru Kementerian
            Pendidikan  dan  Kebudayaan  Republik  Indonesia  (Kemendikbud  RI)
            yang  dicanangkan  oleh  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan  RI
            Kabinet  Indonesia  Maju, Nadiem  Anwar  Makarim.  Esensi
            kemerdekaan  berpikir,  menurut  mendikbud,  harus  didahului  oleh
            para  guru  sebelum  mereka  mengajarkannya  pada  siswa-siswi.
            Nadiem menyebut, dalam kompetensi guru di level apa pun, tanpa
            ada proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum yang
            ada, maka tidak akan pernah ada pembelajaran yang terjadi.


                                                                            29
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34