Page 103 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 103

Temuan dan Analisis                                                                      Temuan dan Analisis





 benar berjejak pada data kongkrit yang bisa dirujuk bersama, karena memang tidak ada—  Terkait ini, agaknya mulai dari masyarakat sampai pejabat puncak sepakat bahwa
 atau setidaknya belum dapat kami temukan.   jawabannya  afirmatif.  Belum  lama,  seorang  psikolog  klinis  ditanya  soal  mengapa
            penyalahguna narkoba yang sudah direhabilitasi masih saja mengulangi perbuatannya,
 Selama tim melakukan dialog lewat FGD dan wawancara mendalam dengan pelaku-
 pelaku rehabilitasi,  semua  tidak mampu memberikan data kongkrit  dan objektif   jawabannya: “mungkin hukumannya masih kurang berat, ya. Perlu dihukum lebih berat

 untuk mengukur keberhasilan (atau kegagalan) program rehabilitasi: “itu juga jadi   lagi.” 120  Kapolri pun, dalam komentarnya yang dikutip media, mengatakan, “[m]umpung
 pertanyaan saya tuh, belum ada penelitiannya (sambil tertawa).” 115  Namun satu hal yang   teman-teman jaksa ada, teman-teman pengadilan ada, jangan ragu memberikan vonis
 pasti,  semua  bersepakat bahwa  angka  relapse  (kambuh)  dari  rehabilitasi adalah   yang  seberat-beratnya  kepada  para  pengedar  narkoba.” 121   Menambahkan  itu,  “dalam

 tinggi. Dalam wawancara dengan  pengurus  lembaga rehabilitasi berbasis pesantren   kurun  2020  ini  saja  kurang  lebih  sudah  ada  100  yang  divonis  mati  karena  narkoba
 (Nurul  Jannah)  di  Cikarang,  dikatakan  “mungkin  60%  sampai  80%-nya  akan  relapse.” 116    di  seluruh  Indonesia.”  Pada  arahannya  di  rapat terbatas di  Kantor  Presiden  pada  24
 Dalam diskusi di Balai Rehabilitasi di Lido, muncul estimasi “tingkat kekambuhannya 70%”   Februari 2016, tercatat Jokowi menggunakan enam kali kata “lebih” dalam menandaskan

 (tanpa program pasca-rehabilitasi, dan 30% jika ada program). Daerah lainnya, sekalipun   arahannya  untuk  pencegahan  dan  pemberantasan  peredaran  gelap  narkotika:  “yang
 tidak  dapat  memberikan  kepastian,  atau  setidaknya  kisaran  data,  mengonfirmasinya   lebih  gencar lagi,  yang  lebih  berani  lagi,  yang  lebih  gila  lagi,  yang  lebih  komprehensif
 dengan anekdot. Seperti di Tanjung Pinang, Kasi. Rehabilitasi BNNK yang juga seorang   lagi,  [..]  penanganan  hukum  itu  harus  lebih  keras  lagi,  lebih  tegas  lagi  pada  jaringan-
                                      122
 konselor menceritakan dengan nada frustrasi, “ada satu orang yang sudah akan selesai   jaringan yang terlibat.”  Bahkan, terhadap bandar narkotika, Jokowi tidak segan-segan
                                                                                        123
 programnya. Lalu saya tanya ke dia, ‘nanti setelah keluar, kamu mau ngapain?”—jawabnya,   menginstruksikan “langsung ditembak saja. Jangan diberi ampun.”  Terhadap afirmasi

 ‘saya  mau balik ngedar, Bu’. Lempeng aja itu, Pak, dia sampaikan dengan  lugas.”    demikian,  penelitian  ini  tidak  hendak  menyanggah,  walau  tidak  juga  membenarkan.
 117
 Sebaliknya, kami juga mendapat pengakuan yang mengonfirmasi soal relapse ini dari sisi   Pasalnya, lagi-lagi dikatakan, tidak ada cukup tersedia data dan kajian yang bisa menjadi
 pelaku, “[p]ulang saya dari sini (Loka Rehab Medan) siang, sampe ke rumah sore, sore itu   landasan  empirik  untuk menganalisis  hubungan  korelatif atau bahkan  kausal antara

 juga saya make. Jadi gak itungan satu hari, gak ada itungan hari.” 118  tindak penghukuman (rehabilitasi, pemasyarakatan, maupun hukuman mati) dengan efek
            jera, dan tuntasnya persoalan narkotika secara keseluruhan.
 Lengkap  sudah  bagaimana sistem penghukuman  lewat pemasyarakatan maupun

 rehabilitasi justru menjadi blunder bagi upaya penanggulangan permasalahan narkotika   Namun demikian, apabila berpaling ke diskursus dan kajian ilmiah di luar negeri,
 itu  sendiri.  Hal  ini  pun  masih  belum  lagi  membahas  soal  oknum-oknum  lapas  (dan   situasinya  bisa  jadi  sangat  bertolak  belakang:  rezim  penghukuman  tidak  terbukti
 bapas) yang justru memperunyam situasi, bahkan sampai hari ini.  Namun demikian,   mengurangi masalah narkotika. Selain riset yang sudah di bahas di atas soal penambahan
 119
 ada satu hal yang agaknya kurang mendapat sorotan dalam mendiskusikan blunder dari   15%  pengedar  dengan  pemenjaraan  seorang  saja  penyalahguna  pemula,  beberapa
 upaya penghukuman ini, yaitu soal paradigma penghukuman itu sendiri—bukan sekedar   kajian  lain  agaknya  perlu  mendapat  perhatikan  tersendiri  juga.  Pew  Research  Center,

 pemasyarakatannya, atau sekedar rehabilitasinya,  melainkan  keduanya  sebagai  rezim   salah satu lembaga riset dan survey bereputasi di AS, melakukan uji statistik akan data-
 penghukuman  pelanggaran  hukum  narkotika.  Pertanyaan  besarnya  adalah:  apakah   data resmi pemerintah  dan  sampai pada  temuan yang  membantah asumsi efek  jera
 memberikan hukuman ini adalah solusi? Apakah penghukuman yang lebih berat adalah   dari hukuman pemenjaraan. Dari data yang ada, ditemukan bahwa “tidak ada korelasi

 intervensi yang tepat?   antara pemenjaraan dengan tingkat penggunaan obat, penahanan terkait kasus obat, dan
            kematian akibat overdosis.”  Mereka pun sampai pada simpulan bahwa “pendekatan
                                            124

 115   Tim Riset Active Defense BNN-UBJ, Jakarta - Wawancara Koordinator Konselor Lido (091820), 2020.
 116   Tim Riset Active Defense BNN-UBJ, Jakarta - WM Pak Hamzah (Pengurus) Dan Iqbal (Pengguna), Cikarang (093020), 2020.
 117   Tim Riset Active Defense BNN-UBJ, Kepulauan Riau, Tanjung Pinang - FGD Kelompok 1 (090920), 2020.  120   “Sudah Direhab Masih  Terjerumus Narkoba, Ini Kata Psikolog,” detikNews, 28 November 2020, https://20.detik.com/e-
 118   Tim Riset Active Defense BNN-UBJ, Sumatera Utara, Medan - Wawancara Klien (31 th.) Loka Rehab (091220), 2020.  flash/20201128-201128021/sudah-direhab-masih-terjerumus-narkoba-ini-kata-psikolog?tag_from=wpm_videoRekomendasi_list.
 119   “Petugas Lapas Garut Selundupkan Narkotika,” Republika Online, 9 November 2020, https://republika.co.id/berita/qjixhe384/petu-  121   “Kapolri Sebut 100 Pelaku Narkoba Divonis Mati Sepanjang 2020,” Merdeka.com, 2 Juli 2020, https://www.merdeka.com/peristiwa/
 gas-lapas-garut-selundupkan-narkotika; “Bongkar Jaringan Narkoba di Lapas, BNNP NTB Tangkap Napi dan Oknum Petugas Lapas,” Kom-  kapolri-sebut-100-pelaku-narkoba-divonis-mati-sepanjang-2020.html.
 pas, 2 November 2020,  https://regional.kompas.com/read/2020/11/02/19332851/bongkar-jaringan-narkoba-di-lapas-bnnp-ntb-tangkap-na-  122   “Jokowi Nyatakan Perang terhadap Bandar Narkoba,” Kementerian Komunikasi dan Informatika, 26 Februari 2016, https://kominfo.
 pi-dan-oknum-petugas?page=all; “Polri Tangkap Oknum Petugas Lapas Pekanbaru, Diduga Kurir Narkoba di Jaringan Dikendalikan Napi,”   go.id/content/detail/6928/jokowi-nyatakan-perang-terhadap-bandar-narkoba/0/sorotan_media.
 Kompas, 2020, https://nasional.kompas.com/read/2020/10/29/22152081/polri-tangkap-oknum-petugas-lapas-pekanbaru-diduga-kurir-narko-  123
 ba-di-jaringan?page=all.  124   The Pew Charitable Trusts, “More imprisonment does not reduce state drug problems,” no. March (2018): 1–19.


 88  Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   89
                                                           Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
 Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108