Page 87 - Grafis Islam 05-Islam, Dialog Toleransi, Kebangsaan
P. 87
hidup para santrinya. Santri diperbolehkan
main musik dan mengenakan celana,
bukannya sarung. Kurikulum di Gontor
juga mengkombinasikan kajian Islam
dan sekular dengan metode pengajaran
modern menggunakan pengantar bahasa
Arab dan Inggris.
Selepas Gontor, Nurcholish pergi ke
Jakarta untuk melanjutkan pelajaran
di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Syarif Hidayatullah, Jakarta (sekarang
UIN Syarif Hidayatullah). Dia memilih
Diskusi Kader Nasional HMI.
Sumber foto: www.solichinnmimewsonline.blogspot.com Fakultas Adab (sastra dan peradaban)
dan memperoleh gelar sarjana pada 1968.
Dengan skripsi berjudul: "Al Quran: Arab
1 NURCHOLISH MADJID dalam Kata, Universal dalam Makna".
Selama menjadi mahasiswa di IAIN,
Nurcholish Madjid lahir pada 17 Maret 1939, Nurcholish sering mendengar khotbah
di Desa Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur. jumat di Masjid Al Azhar, Jakarta. Khatib
Desa ini memiliki dinamika keagamaan favoritnya adalah Buya Hamka. Melalui
yang istimewa karena penghuninya Hamka dia diperkenalkan pada gagasan
meletakkan pendidikan pada posisi yang Ibn. Taimiyah, yang kelak akan menjadi
utama. Mayoritas penduduk Jombang subjek disertasi doktornya di Universitas
adalah santri muslim, dengan tradisi Chicago, Amerika Serikat: "Ibn. Taymiyya
tarekat (sufisme) yang kuat dan secara Onkalam and Falsafa: A Problem of Reason
otomatis menjadi bagian alami dari diri and Revelation in Islam".
Nurcholish. Orangtua Nurcholish datang
dari lingkungan Nahdlatul Ulama dan
Masyumi.
Pandangan hidup, pribadi, dan pikiran
Nurcholish terbentuk pada masa remaja
ketika bersekolah di pondok modern Gontor.
Pesantren ini sangat progresif dan modern,
dalam metode pengajaran maupun gaya
Literasi Nasional
74 BUYA HAMKA
Aktivis di HMI.
Sumber foto: www.
solichinnmimewsonline.
blogspot.com