Page 115 - E-MODUL PRODI PIAUD PJOK
P. 115
BAB XIII
CEDERA OLAHRAGA
A. Pengertian Cedera
Belajar olahraga tentu mempunyai dampak individual.
Siswa sering membuat kelalaian atau kesalahan dalam
kegiatan olahraga mereka. Risiko yang ditimbulkan dari
aktivitas olahraga adalah cedera. Cedera merupakan akibat
dari aktivitas olahraga dimana tekanan pada tubuh dan daya
tahan jaringan tubuh tidak seimbang. https://youtu.be/2xtI_3CBll0?si=Y0Svxk
woRyqRb0I7
Contoh cedera yang sering dialami siswa adalah luka lecet, ligamen robek atau patah tulang
akibat terjatuh.Dalam kasus cedera serius seperti itu, dokter harus segera dikonsultasikan, karena
perawatan yang tidak tepat atau pertolongan pertama dapat mengancam jiwa (H. Supriyadi,
2016).Dalam hal kegiatan olahraga, diharapkan pengetahuan terkait cedera olahraga bisa
memahamkan pertolongan pertama yang memadai (Simatupang, 2016).
Cedera olahraga pada anak dapat bersifat akut dan termasuk cedera makro (patah tulang dan
keseleo). Lesi juga dapat berkembang secara diam-diam (kronis) akibat mikrotrauma berulang
(fraktur stress, OCD, apophysitis, tendinopati). Tanda-tanda makrotrauma terbukti tergantung pada
riwayat dan mekanisme cedera.Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan rasa sakit, bengkak, atau
kelainan bentuk, tergantung pada bagian tubuh yang terkena. Hal ini memungkinkan pemeriksa
untuk menentukan diagnosis dan apakah pengujian lebih lanjut diperlukan. Sebagian besar cedera
ini ringan, hanya mengganggu cedera olahraga didefinisikan sebagai cedera fisik yang dialami
akibat dari permainan atau sesi latihan. The United States Injury Law and Legal Definition
mendefinisikan cedera sebagai kerugian yang dialami seseorang akibat dari tindakan atau kelalaian
orang lain, dan secara umum dapat menyebabkan tuntutan perdata atau pidana. Pertolongan pertama
merupakan salah satu pengetahuan yang wajib diketahui oleh setiap individu yang melakukan
olahraga yang bertujuan mengurangi terjadinya kekeliruan dalam penanganan serta perawatan yang
dapat memperparah cedera (kronis).Selain itu, cedera dapat terjadi pada awal kegiatan olahraga atau
selama olahraga dilakukan. Hal ini dapat terjadi yang disebabkan oleh kesalahan pemanasan,
kurangnya mobilitas, dan kelelahan (Rofik & Kafrawi, 2022).
Olahraga kadang kala mengalami cedera yaitu olahraga yang melibatkan kesungguhan tinggi
dan kontak fisik (Junaidi et al., 2018a). Selain itu penyebabnya karena stres yang berlebihan atau
berulang (Rahmaniar et al., 2019). Faktor pemicu terjadi cedera dalam antara lain kekeliruan dalam
metode latihan, sedikitnya peregangan otot, kekuatan yang kurang baik, pemanasan dan
pendinginan yang kurang akurat. Sementara faktor eksternal ditimbulkan oleh perakitan peralatan
kurang tepat, kondisi peralatan yang tidak dapat digunakan, peralatan yang difungsikan pelatihan
kurang cocok, dan tempat pelatihan yang kelihatannya kurang aman (Trisnowiyanto, 2015).
Cedera adalah penyebab utama kematian atau kecacatan pada anak-anak yang dimulai sejak
masa bayi dan paling sering terjadi antara usia 6 dan 12 tahun (R. Indrawan et al., 2014). Bahwa
anak di usia muda adalah individu yang istimewa dengan tingkat keingintahuan yang tinggi
terhadap segala hal (Palupi, 2020). Mereka juga berada di tengah-tengah masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat, yang kadang disebut sebagai “zaman keemasan masal” (golden age).
Anak-anak dalam konteks ini tidak didukung kemampuan fisik motorik karena rasa ingin tahunya
yang tinggi, sehingga sering mengalami cedera, salah satunya cedera otak (Satria, 2019).
E-modul Pendidikan Jasmani Untuk Mahasiswa Piaud 109