Page 40 - E-Modul Kebijakan Cultuurstelsel Belanda di Karesidenan Madiun
P. 40
40
informasi yang diberikan M. van Geuns pada tahun 1911,
total pembakaran tebu di wilayah Madiun terjadi sebanyak
188 kali dengan luas area mencapai 365 bau. Pembakaran
tersebut terjadi di daerah Pagotan, Kanigoro, Geneng, dan
Rejosarie. Terdapat pula kejahatan pembuat dan pengedar
uang palsu pada akhir abad ke 19. Namun jumlah kejahatan
tersebut relatif sedikit dan tidak terlalu menimbulkan
perubahan sosial (Margana, 2017:154).
Adapun perubahan sosial lain yang terjadi di
Karesidenan Madiun adalah munculnya sebuah perlawanan.
Perlawanan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu reaksi jangka panjang, gerakan ratu adil, dan sekte-
sekte yang berbeda pandangan. Adapun reaksi jangka
panjang ini dilakukan dengan migrasi penduduk. Sebagian
besar aksi migrasi penduduk tersebut dilakukan oleh para
numpang atau orang yang tidak memiliki lahan. Berdasarkan
laporan residen E.M. Francis, disebutkan bahwa terjadi
perpindahan penduduk dari daerah penghasil nila ke daerah
penghasil kopi pada tahun 1840. Hal ini dikarenakan
bekerja di perkebunan nila dinilai lebih berat daripada
bekerja di perkebunan kopi. Tak hanya itu, reaksi jangka
panjang lainnya yang terjadi di Karesidenan Madiun adalah
aksi pembakaran perkebunan akibat pembayaran upah dan
sewa lahan yang rendah (Ham, 2018:205).