Page 42 - E-Modul Kebijakan Cultuurstelsel Belanda di Karesidenan Madiun
P. 42
42
politis/religius) yang memiliki kultus, simbol, dan doktrin
sendiri. Adapun Gerakan Samin ini tidak melakukan
kekerasan untuk menentang kekuasaan Belanda dan tidak
mengklaim pemimpin mereka sebagai Ratu Adil. Menurut
Harry J. Benda dan Lance Castles, munculnya Gerakan
Samin disebabkan oleh beban ekonomi, pajak kerja rodi,
dan pajak tanah dalam Kebijakan Etis. Meskipun berasal
dari Jawa Tengah, Gerakan Samin akhirnya menyebar
hingga ke wilayah Madiun. Gerakan Samin di wilayah
Madiun berpusat di Desa Ngegong di bawah pimpinan
Kartotaruno. Namun Gerakan Samin ini menghilang pada
awal kelahiran negara Republik Indonesia (Hadiatmodjo,
1980:222).
Berbagai permasalahan sosial yang menyebabkan
terjadinya pemberontakan dan kerusuhan tersebut, muncul
sebagai upaya untuk mencari keadilan. Salah satu
ketidakadilan tersebut terjadi pada para petani yang
memiliki hak tanah tetapi tidak merasakan keadilan akibat
meluasnya perkebunan Belanda dan tingginya pajak. Selain
itu, munculnya gerakan Samin dan pemberontakan Pulung
juga berkaitan dengan kenaikan pajak. Fenomena kenaikan
pajak tersebut berdampak pula pada stuktur di desa, di
mana Raja memiliki seluruh tanah dan seluruh pajak
dikenakan pada setiap tanah bukan pada penduduk atau
petani. Kemudian desa sebagai institusi, harus membayar