Page 274 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 274
Pengayaan Materi Sejarah
tindakan ke kanak-kanakan dan memerintahkan.Hentikan
gerakanmu, hindari pertumpahan darah.Presiden minta
ditunjukkan bukti alasan menindak pimpinan Angkatan
Darat.Brigjen Soepardjo meninggalkan Halim menuju ke
35
Cenko I, menemui rekan-rekannya. Mereka menilai perintah
Presiden amat merugikan tidak perlu ditaati namun sadar
atas kegagalan rencananya.Kemudian mereka pimpin kudeta
G-30 S/PKI berpencar meninggalkan Halim.
Pada pukul 11.00 Presiden meninggalkan gedung Komando
Operasi AU, menuju ke rumah Komandan Pangkalan Halim
Perdanakusuma, Komodor Susanto. Presiden memerintahkan
memanggil Waperdam II Dr. J. Leimena, Jaksa Agung
Suthardio, Men/Pangad Laksamana Madya Laut Martadinata,
Men/Pangad Irjen Pol Sutjipto Joedodihardjo, dan Pangdam
Jaya, Mayor Jenderal Oemar Wirahadikusumah dan Brigjen
Soepardjo, Brigjen Sabur diperintahkan membuat
pengumuman bahwa Presiden dalam keadaan sehat dan
selamat.
Di rumah Komodor Susanto Presiden bermaksud memilih
pengganti Men/Pangad Yani yang diketahuinya telah
meninggal. Ada lima orang calon, Mayjen Mursyid (Deputy I
Men/Pangad), Mayjen Basuki Rachmat (Menteri Veterandan
Demobilisasi), Mayjen Ibrahim Ajie (Pangdam VI/Siliwangi),
dan Mayjen Soeharto (Panglima Kostrad). Pihak gerakan 30
September yang diwakili Brigjen Supardjo mengusulkan
Mayjen Pranoto (asisten 3/Menpangad) dan Mayjen Rukman
(Irjen AD). Rupanya Presiden belum “sreg” terhadap calon-
calon yang akan mengganti Letjen A. Yani, memutuskan
pimpinan Angkatan Darat dipegang sendiri. Mayjen Pranoto
Reksosamudra, sebagai Care laker (pemangku jabatan
Men/Pangad). Dari rumah itu, Presiden mengulangi
perintahnya agar semua pasukan berada di posnya, untuk
menghindari pertumpahan darah.
Pada pukul 17.00, Presiden memerintahkan ajudan untuk
memanggil Mayjen Pranoto, ternyata gagal. Kolonel
Bambang Widjanarko datang ke Makostrad menghadap
262