Page 348 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 348

Pengayaan Materi Sejarah


                manifestasinya  terlihat  dalam  dua  bentuk:  bentuk  pertama  menjadi
                pengalaman  tanpa  berbuat  sesuatu  pun:  kedua,  dengan  bersikeras  –
                kepala berusaha mencapainya dengan kekeraan, tetapi hasilnya hanya
                akan  memberikan  sia-sia,  karena  Utopia  tidak  bisa  dicapai  kita
                (Wiratmo) menyetujui Utopia tetapi menolak Utopisme.
                Karena, meskipun kita ingin mencapai cita-cita tertinggi itu, melainkan
                kita pada setiap saat merasakan kondisi-kondisi yang lebih baik daripada
                saat-saat sebelumnya. Kecenderungan ini dalam persepktif naik disebut
                optimism.  Penanya  selanjutnya  Bokor  Hutasuhut  tantang  angkatan  45
                (dalam  dunia  Kesastraan)  telah  arrive  ?  tentang  penilaian  Lekra
                (Lembaga Kebudayaan Rakyat) atas angkatan 45.
                Wiratmo  menjawab,  penilaian  Lekra  terhadap  angkatan  45,  dianggap
                tidak memenuhi tugas revolusi. Penialain Lekra ini didasarkan atas fakta
                yang  tidak  otentik,  meskipun  Lekra  mempunyai  gagasan-gagasan  yang
                bermutu,  akan  tetapi  mereka  tidak  mempunyai  wawasan  tentang
                kebudayaan  apabila  dilihat  dari  segi  psikologi  dan  ilmiah.  Dari
                pertemuan ini, disimpulkan mereka merasakan bahwa seluruh manifest
                kebudayaan saatnya harus dicetuskan. Kemudian dibentuk tim perumus
                yang  beranggota  enam  orang  (Zaini,  Bokor  Antasuhat,  Gunawan
                Muhammad, Bastari Asnin, Soe Hok Djin dan Wiratmo Sukito) manifest
                kebudayaan  dibagi  atas  tiga  bagian  yaitu  manifest  kebudayaan,
                penjelasan manifest kebudayaan dan literatus Pancasila. Mereka sepakat
                secara perinsip manisfes kebudayaan tidak bisa ubah dan tidak apriori
                melahirkan  organisasi  kebudayaan.  Isi  dari  manisfes  kebudayaan
                bukanlah hal baru, adalah konsep humanisme  universal.

                Manifes  kebudayaan  adalah  landasan  ideal  bagi  budayawan  dan
                                                              89
                karyawan  pengarang  Indonesia  yang  kreatif .  Kelahiran  manifest
                kebudayaan, pertama kali dipublikasikan dalam Harian Berita Republik ,
                19  Oktober  1963,  di  tanda  tangani  20  orang  seniwan  dan  budayawa:
                naskah manifest ditutup dengan Pancasila adalah falsafah kebudayaan
                kami, dan melengkapi dengan penjelasan manifest kebudayaan.

                Reaksi Terhadap Manifes Kebudayaan
                Pada 27 Oktober 1963, Pramoedya Ananta Toer menulis surat terbuka
                kepada  Jurga  Belan  dalam  lembaran  Lentera  Bintang  Timur,  menuduh
                para  rekannnya  orang-orang  manifes  bukanlah  seorang  pejuang
                tegasnya kolaborator Belanda dan penghianat pada masa revolusi dan




                336
   343   344   345   346   347   348   349   350   351   352   353