Page 347 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 347

membawa naskah konsep kebudayaan yang ditulis oleh Wiratmo Sukito.
                Naskah  konsep  Wiratmo  Sukito  diterima  dan  menentukan  agenda
                tanggal  23  Agustus  1963,  akan  didiskusikan  dalam  forum  yang    lebih
                luas.  Pada  pertemuan  tanggal  23  Agustus,  hadir  13  orang  seniman-
                budayawan,  Trisno  Sumadjo,  Zaini,  H.  B.  Yassin,  Bur  Rasuanto,  Bastari
                Asnin, Ras Siregar, Jufri Tanissan, Soe Hok djin (Arief Budiman), Sjahwil,
                DS.  Mulyanto,  ditambah  konseptor  dan  pembahasnya  dua  orang,
                Wiratmo  Sukito,  Bokor  Hutasuhut,  dalam  pertemuan  ini  dibahas
                makalah  konsep  kebudayaan  yang  berjudul  Manifes  Kebudayaan  yang
                ditulis  oleh  Wiratmo  Sukito.  Dalam  pembahasan  naskah  ini  terjadi
                perdebatan  yang  cukup  tajam  soal  humanisme  universal.  Wiratmo
                Sukito selaku konseptor menjelaskan pemikirannya tentang humanisme
                universal,

                      “Kebudayaan  sebagai  peringatan  hidup  manusia  mempunyai
                      tendensi-tendensi universal dalam arti bahwa kebudayaan bukan
                      hanya  untuk  satu  bangsa  saja,  tetapi  untuk  semua  bangsa.
                      Meskipun demikian bahwa kebudayaan mempunyai titik tolak dan
                      titik tolak itu adalah titik tolak nasional. 88
                Selanjutnya  Wiratmo  menyatakan  sepakat  dengan  pendapat  Dag
                Hammerskjoeld,  mantan  sekjen  PBB,  yang  menekankan  bahwa  kita
                harus  menekankan  kepentingan  nasional,  tetapi  kepentingan  nasional
                itu  harus  ditingkatkan  niveau-nya  kea  rah  kepentingan  internasional.
                Sesuai  dengan  pendapat  ini,  Wiratmo  mengajukan  pengertian  tentang
                humanisme universal dalam makna tersebut.
                Pendapat  Wiratmo  disanggah  oleh  Bur  Rasuanto  dengan  dua
                pertanyaan,  pertama,  apa  tidak  ada  toleransi  ideologi?  Kedua  tentang
                utopisme?

                Wiratmo  menjawab,  tidak  ada  toleransi  ideologi,  tetapi  toleransi
                pendukung-pendukung ideology, karena ideologi hanya mungkin dalam
                arti sosial, hubungan antar manusia.  Wiratmo menegaskan  perbedaan
                ideologi  bahkan  pertentangan  ideology  dapat  diselesaikan  melalui
                dialog. Bagi Wiratmo, dialog adalah jiwa demokrasi.

                Tentang utopisme, Wiratmo menjelaskan orang sering kali mencampur
                adukan  antara  utopisme  dengan  utopia.  Utopia  adalah  cita-cita
                tertinggi  yang tak  dapat  dicapai oleh manusia. Utopisme adalah suatu
                kecenderungan  yang  menguasai  manusia,  seakan-akan  manusia  bisa
                mencapai Utopia. Oleh karena itu manusia bertindak tidak real yang



                                                                                 335
   342   343   344   345   346   347   348   349   350   351   352