Page 349 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 349

kini menyelewengkan revolusi sejak itu terjadilah (Polemik) seniman dan
                sastrawan.

                Sitor  Situmorang  menantang  H.  B.  Jassin  dan  Usmar  Ismail  agar
                menjawab segala serangan pekerja-pekerja kebudayaan, apakah mereka
                setuju  manipol  atau  tidak?  Usmar  Ismail  menjawab  menyilahkan  Sitor
                untuk memeriksa tulisan Usmar. Kritk Sitor dalam hubungan Festifal film
                Asia Asfika III ditanggapi oleh Usmar bukan kritik tetapi fitnah terhadap
                kawan.
                Langkah  selanjutnya  dari  kelompok  Manifes  menyelenggarakan
                konferensi  Karyawan  Pengarang  Indonesia  (KKPI)  pada  bulan  Maret
                1964. Pramudya dan Lekra, suatu manifest dinilai bukan sebagai suatu
                ancaman  dan  tantangan  terhadap  konsep  budaya  mereka.  Setelah
                kelompok manifest menyelenggarakan Konferensi Karyawan Pengarang
                Indonesia,   oleh   Lekra   dituduh    mereka    telah   membangun
                pengelompokan  akan  organisasi,  mereka  nilai  sebagai  satu  budaya,
                yang  harus  segera  ditumpas.  Namun  KKPI  telah  mempersiapkan
                pertahanan  dan  mengantisipasi  akan  datangnya  serangan  dari
                kelompok  Lekra.  Mereka  Meminta  dukungan  para  penjabat  yang  anti
                PKI  seperti,  Men/Pangab  Jenderal  A.  Yani.  Untuk  menumpas  manifes
                kebudayaan  dan  KKPI,  kelompok  Lekra  membuat  seringkali  Manifes
                Kebudayaan  dengan  singkatan  yang  tidak  senonoh  Manikebu.
                Singkatan ini dilemparkan ke masyarakat melalui berbagai media massa,
                Bintang Timur, Harian Rakyat.

                Zaman  baru,  dan  dipropagandakan  setiap  kesempatan,  bahkan
                pemimpin  PKI,  D.N.  Aidit  menyebut  manifes  kebudayaan  menentang
                Nasakom dan mengemban tugas dari kelompok tertentu untuk melucuti
                senjata rakyat.

                Marwoto D. Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional
                Indonesia VI, 2008, hal. 505

                Bahkan Presiden Sukarno, dipengaruhi oleh propaganda tersebut, pada
                8  Mei  1964,  mengeluarkan  larangan  dengan  membubarkan  organisasi
                seniman-budayawan tersebut. Pernyataan larangan manifes kebudayan
                dan  KKPI  dimuat  dalam  harian  Warta  Bhakti,  koran  Partai  Indonesia
                (Partindo)
                      “Sebab-sebab larangan itu ialah karena manifesto politik Republik
                      Indonesia sebagai penalaran Pancasila telah menjadi Garis Besar



                                                                                 337
   344   345   346   347   348   349   350   351   352   353   354