Page 125 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 125
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
akhirnya, tanggal 1 Januari 1946, kaum Tionghoa mengumumkan
pembentukan pasukan ―Poh An Tui‖, sebuah milisi yang terdiri dari para
pemuda Tionghoa yang bertujuan melindungi warga Tionghoa dari hal-
hal yang tidak diinginkan, yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak
bertanggungjawab (namun dalam kenyataannya mereka mendukung
aksi tentara sekutu dan hadirnya Belanda kembali).
77
Kelompok masyarakat lainnya yang tidak mendukung proklamasi
adalah sebagian raja, keluarga kerajaan dan kaum bangsawan. Aksi
penentangan dan pengingkaran proklamasi dari kelompok ini sangat
terlihat di Sumatera Timur dan Aceh. Seperti telah disebut sebelumnya,
para raja, keluarga kerajaan dan kaum bangsawan adalah kelompok-
kelompok masyarakat yang bekerjasama dengan kaum kolonialis
Belanda. Mereka banyak mendapat keuntungan dari kaum kolonialis
78
dan mereka adalah bagian kolonialisme itu sendiri. Sebaliknya,
kolonialis Belanda juga banyak mendapat keuntungan dari mereka.
Mereka dimanfaatkan sebagai perpanjangan tangan kolonialis untuk
memerintah masyarakat, mereka dijadikan sebagai ujung tombak
menghadapi dan memerintah masyarakat.
Ada yang menarik dari lokasi di mana aksi para raja, keluarga
dan kaum bangsawan ini terjadi. Aksi-aksi ―pengkhianatan‖ itu
umumnya terjadi di kawasan timur bagian utara Sumatera. Hal ini
terutama sekali disebabkan oleh karena di kawasan itulah sistem beraja
masih berlaku dan betul-betul dipelihara oleh kolonialis Belanda. Di
samping itu, di kawasan itu pulalah raja-raja, keluarga raja dan
bangsawan betul-betul mendapat banyak (sangat banyak) keuntungan
dari kaum kolonialis.
Aksi-aksi penolakan terhadap proklamasi secara terang-terangan
mulai dilaksanakan pada waktu yang sangat awal. Pada tanggal 25
Agustus misalnya, Sultan Langkat, Teuku Mansyur, beberapa orang
keluarga kerajaan, dan ditambah oleh beberapa orang mantan
ambtenaar membentuk Comite van Onvangst. Komite ini dibentuk
dengan tujuan untuk mengelu-elukan dan menyambut dengan mesra
kedatangan Belanda kembali. Anggota komite ini juga mengunjungi
kamp-kamp tempat orang dan pegawai tinggi Belanda ditawan Jepang.
79
Dalam kunjungan itu mereka membawa berbagai bahan makanan.
Penentangan para raja dan anggota kerajaan terhadap
kemerdekaan RI juga terlihat dari sikap Sultan Deli dan Langkat
113