Page 275 - BUKU PERDEBATAN PASAL 33 DALAM SIDANG AMANDEMEN UUD 1945
P. 275

Susanto Polamolo
            Elnino M. Husein Mohi
            PERDEBATAN PASAL 33
            DALAM SIDANG AMANDEMEN UUD 1945


            5, 25 Februari 2002,  dipimpin oleh Ketua Rapat, Slamet Effendy
                              93
            Yusuf, dalam rangka mendengar dan menyerap masukan dari
            berbagai pihak PAH-I mengundang menteri terkait keuangan
            dan ekonomi. Di antaranya yang hadir adalah Menteri Keuangan,
            Gubernur Bank Indonesia, Menteri Negara Koperasi, Usaha Kecil
            dan Menengah, serta jajaran dari Menko Ekuin.
                  Slamet  Effendy  Yusuf  mengawali pembahasan dengan
                                     94
            pengantar mengenai perekonomian nasional, ihwal Pasal 33,
            yang sudah dibahas sebelumnya, dan kemudian disusul dengan
            tanggapan pendapat-pendapat dari para undangan.
                  Apabila diikuti, ide-ide  yang dilontarkan beragam dan
            menyentuh persoalan mendasar perekonomian nasional.
            Boediono misalnya, ia menekankan bahwa dewasa ini arus
            barang, dan informasi tak lagi terbendung.   Seluruh  aktifitas
                                                    95
            93  Ibid.., mulai hlm. 225-266.
            94  Ketua Rapat: Slamet Effendy Yusuf
            …Kemudian, yang berkaitan dengan Pasal 33, kami ingin menyampaikan bahwa dalam hal ini,
               terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat menganga antara model-model pendekatan
               di antara para ahli ekonomi dengan berbagai mazhabnya. Yang pertama yang ada di sini
               ada usul yang menginginkan agar Bab XIV mengenai Kesejahteraan Sosial itu babnya diganti
               dengan judul Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial. Sehingga antara yang menjadi
               tujuan dan instrumen untuk itu, itu tercantum secara jelas di dalam judul Bab. Walaupun ada
               yang berpendapat, bahwa sebaiknya hanya dicantumkan sebagaimana bunyi Bab yang
               lama, yaitu agar supaya itu adalah berjudul Kesejahteraan Sosial. Jadi tujuan dari Bab ini
               bukan pada instrumennya.
            Kemudian, yang lain-lain, yang berkaitan dengan Bab ini adalah perbedaan pendapat yang
               sangat tajam, terutama berkaitan dengan mereka yang berpendapat bahwa Pasal-Pasal
               yang lama, apakah ayat (1) kemudian (2) dan (3) itu dianggap sudah memadai, terutama
               adalah berkaitan dengan asas kekeluargaan. Ada ahli-ahli dan kelompok yang berpendapat
               bahwa asas kekeluargaan bahkan juga Pasal 33 ayat (1), (2), dan (3) itu sesuatu yang sangat
               prinsipal, merupakan identitas perekonomian bangsa. Tetapi ada yang berpendapat, bahwa
               rumusan tentang ini harus lebih dijabarkan sehingga prinsip-prinsip perekonomian, asas-asas
               perekonomian seperti efisiensi, keadilan, demokrasi dan sebagainya itu, dicantumkan secara
               lengkap. Juga berkaitan dengan pelaku ekonomi itu juga ada perdebatan yang berkaitan
               dengan apakah pelaku ekonomi itu selama yang ada saja selama ini kita kenal koperasi,
               BUMN kemudian usaha swasta, apakah juga penting untuk dimasukan kata-kata misalnya
               termasuk usaha perseorangan.
            95  Pembicara: Boediono (Menteri Keuangan RI)
            …Selanjutnya, mengenai Pasal yang sangat mendasar, yaitu Pasal 33 bab XIV, kami ingin


                                       214
   270   271   272   273   274   275   276   277   278   279   280