Page 277 - BUKU PERDEBATAN PASAL 33 DALAM SIDANG AMANDEMEN UUD 1945
P. 277

Susanto Polamolo
            Elnino M. Husein Mohi
            PERDEBATAN PASAL 33
            DALAM SIDANG AMANDEMEN UUD 1945


            ekonomi harus dijamin melalui konstitusi. Ia memberi gambaran
            perbandingan  dengan  konstitusi  Jerman  yang  cukup  terang
            memberikan jaminan dalam konstitusi mereka. Pandangan
            Boediono ini tidak jauh berbeda dengan pandangan Syahril
            Sabirin. 96
                  Sedangkan  Ali  Marwan  Hanan,   dalam  pandangannya
                                               97
               kebebasan arus manusia, barang, informasi antar daerah ini dijamin oleh Undang-Undang
               Dasar. Alangkah baiknya kalau di negara kita juga ada semacam klausul seperti ini. Menurut
               pendapat kami, ini yang tepat adalah dimasukkan ke dalam Bab Perekonomian Nasional
               dan Kesejahteraan Sosial.
            Selanjutnya, Pak, yang terakhir mengenai Pasal 33 itu adalah mengenai defenisi pelaku ekonomi.
               Pada rancangan usulan ayat (4) yang di situ disebutkan bahwa pelaku ekonomi adalah koperasi,
               badan usaha milik negara dan usaha swasta yang termasuk usaha perseorangan. Dalam atau
               dari segi konsep pelaku ekonomi ini sebenarnya lebih luas dari ini…
            96  Pembicara: Syahril Sabirin (Gubernur Bank Indonesia)
            …Kemudian, yang menyangkut Pasal 33, pertama-tama kami sangat setuju sekali, mungkin lebih
               dari 100% setuju dengan apa yang dikemukakan Pak Boediono tadi bahwa kesatuan ekonomi
               itu sangat penting sekali di atur di dalam Undang-Undang Dasar…Kemudian, mengenai Pasal
               lainnya, misalnya saja ayat lainnya di dalam Pasal 33, kami merasakan seperti misalnya
               ayat (3) itu sudah lebih fleksibel dibandingkan yang lama. Karena di sini bahwa atau ayat (2),
               cabang-cabang produksi yang penting bagi negara yang menguasai hajat hidup orang banyak
               dikuasai, sudah pakai dan atau diatur oleh negara. Jadi, saya kira ini sudah lebih fleksibel
               dibandingkan yang lama sehingga bisa saja pelaksanaannya swasta, tetapi diatur oleh negara
               sehingga faktor-faktor efisiensi dan lain sebagainya itu dapat dicapai tanpa mengorbankan
               kepentingan umum. Jadi, kami mendukung rumusan yang demikian ini.
            Kemudian, yang mengenai ayat (4) mengenai pelaku ekonomi, tadi Pak Boediono sudah
               mengemukakan bahwa pelaku ekonomi dalam pengertian umum itu bisa luas sekali, juga
               termasuk konsumen. Dalam hal ini kami hanya mempertanyakan apakah memang perlu diatur
               mengenai pelaku ekonomi ini di dalam Undang-Undang Dasar, atau barangkali dibiarkan
               saja tidak usah disebutkan sama sekali karena itu bisa berkembang juga di masa-masa yang
               akan datang pengertian-pengertian itu, sehingga kalau diatur barangkali menjadi agak terlalu
               kaku untuk perkembangan di masa yang akan datang. Jadi, rasa-rasanya kalau kami ingin
               mengusulkan, lebih baik tidak usah diatur sama sekali.
            97  Pembicara: H. Ali Marwan Hanan (Menkop UKM)
            …Ada beberapa catatan pemikiran tentang amendemen Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945
               ini. Jadi, kami hanya menyangkut Pasal 33, dan sekaligus kami kaitkan dengan Bab XIV…
               sebagai berikut:
            Pertama, tentang Bab XIV, Kesejahteraan Sosial. Judul Bab XIV mengenai Kesejahteraan Sosial
               adalah bagian yang tak terpisahkan dari cita-cita kemerdekaan sebagai yang dituangkan
               di dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan menetapkan Pasal
               33 di bawah judul Bab Kesejahteraan Sosial itu, berarti pembangunan ekonomi nasional dan
               sistem ekonomi yang dianut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umum dan keadilan
               sosial…kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Ternyata kami masih konservatif untuk
               mengusulkan kembali rumusan judul Bab XIV ini dengan tidak perlu diubah dan karena itu
               tetap dengan Bab Kesejahteraan Sosial…


                                       216
   272   273   274   275   276   277   278   279   280   281   282