Page 339 - BUKU PERDEBATAN PASAL 33 DALAM SIDANG AMANDEMEN UUD 1945
P. 339

Susanto Polamolo
            Elnino M. Husein Mohi
            PERDEBATAN PASAL 33
            DALAM SIDANG AMANDEMEN UUD 1945

                  perekonomian nasional pada ayat (5), ini juga terjadi
                  ada  dualisme,  ada 2  hal  yang sama-sama mau
                  bicara tentang penyusunan perekonomian nasional
                  sebagai sistem, tapi penjelasannya berbeda. Karena
                  itu menurut hemat kami, ayata (1) dan ayat (5) ini
                  perlu dipadatkan, digabungkan. Juga penggunaan
                  di sini menyebutkan, kalau kita bandingkan atau
                  kita lihat ayat (1) dan ayat (2). Ayat (1) menyebutkan
                  bahwa perekonomian itu berdasar atas 3 asas, asas
                  keadilan, asas efisiensi dan demokrasi ekonomi.
                        Tetapi ketika kita bicara cabang-cabang
                  produksi pada ayat (2), kita hanya menyebutkan 2
                  ayat, yaitu asas keadilan dan efisiensi. Sehingga ini
                  juga dipertanyakan dalam masyarakat, apakah dalam
                  hal membangun cabang– cabang produksi ini, kita
                  tidak perlu asas demokrasi ekonomi. Mengapa kok di
                  sana 3, di sini 2, dan lain seterusnya. Jadi konsistensi
                  semacam itu memang masih harus kita. Belum lagi
                  kalau kita sepakat untuk menghapuskan penjelasan.
                  Apakah kita sudah memiliki satu persepsi yang
                  sama  tentang  makna  demokrasi  ekonomi  itu  apa?
                  Ini yang juga menjadi persoalan, sehingga perlu kita
                  sempurnakan.
                        Kemudian, pada ayat (3) di sini juga disebutkan
                  secara khas begitu ya. Sebagai contoh, bahwa bumi,
                  air itu kan dipergunakan untuk sebesar-besar
                  kemakmuran rakyat. Ini saya mau bandingkan
                  dengan ayat  (1), untuk mewujudkan  kemakmuran
                  dan lain seterusnya. Di dalam ayat (3), di sini maksud
                  daripada penekanan untuk apa itu, menjadi sangat
                  fungsional. Katakanlah ketika kita mengkaitkan



                                       278
   334   335   336   337   338   339   340   341   342   343   344