Page 184 - BUKU LAPORAN KINERJA DPR RI TS 2022-2023
P. 184

Uji formil atas UU 13/2022 dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi berdasarkan
                  permohonan dari para Pemohon. UU 13/2022 yang ditetapkan pada tanggal 16 Juni
                  2022 merupakan tindak lanjut dari Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 91/PUU-
                  XVII/2020. Dalam proses perubahan UU 12/2011 jo. UU 15/2019 menjadi UU 13/2022,
                  DPR  RI telah  melakukan penyempurnaan materi muatan, termasuk menambahkan
                  metode     omnibus    dalam    pembentukan      peraturan   perundang-undangan,
                  menambahkan tahapan perbaikan kesalahan teknis setelah persetujuan bersama
                  DPR dan Presiden sebelum pengesahan dan pengundangan, serta memperkuat
                  keterlibatan dan partisipasi masyarakat yang bermakna.

                  Dalam Keterangan DPR RI yang disampaikan pada sidang di Mahkamah Konstitusi
                  pada 8 September 2022, DPR RI menyatakan bahwa pembentukan UU 13/2022 telah
                  sesuai dengan proses formil pembentukan undang-undang. DPR RI menekankan
                  pemenuhan asas kedayagunaan dan kehasilgunaan, asas kejelasan rumusan
                  dalam frasa “antara lain” dalam Penjelasan Pasal 72 ayat (1a) UU 13/2022, dan asas
                  keterbukaan. Proses pembentukan UU 13/2022 juga melibatkan partisipasi masyarakat
                  dalam berbagai kegiatan diskusi pakar dan konsultasi publik untuk mengumpulkan
                  masukan dan pendapat sebelum penyusunan RUU tersebut. Mahkamah Konstitusi
                  mengorek dan menelaah Keterangan DPR RI serta bukti-bukti  yang diajukan oleh
                  para Pemohon, dan menyimpulkan bahwa proses pembentukan UU 13/2022 telah
                  memenuhi asas keterbukaan dan berlangsung secara terbuka dengan melibatkan
                  partisipasi masyarakat.


                  Pelibatan masyarakat dalam proses pembentukan UU 13/2022, antara lain, dilakukan
                  dalam serangkaian diskusi dengan pakar seperti Dr. Ahmad Redi, S.H., M.H., Dr. Wicipto
                  Setiadi, S.H., M.H., Prof. Dr. Basuki Rekso Wibowo, S.H., M.S., Prof. Dr. Satya Arinanto,
                  S.H., M.H.,  Prof. Dr. Romli Atmasasmita, S.H., LL.M., Prof. Dr. I Gde Pantja Astawa, S.H.,
                  M.H., Prof. Dr. Nindyo Pramono, S.H., M.S., Prof. Dr. Marcus Priyo Gunarto, S.H., M.Hum.,
                  Prof. Dr. Nurhasan Ismail, S.H., M.Si., Prof. Dr. Farida Patinggi, S.H., M.Hum., Prof. Dr.
                  Aidul Fitriciada, S.H., M.Hum., dan Ronal Rofiandri (Peneliti PSHK). Kemudian, dilakukan
                  kegiatan  konsultasi  publik  ke  Provinsi Jawa  Barat,  Provinsi  Lampung,  Provinsi Jawa
                  Timur, Provinsi DIY, dan Provinsi Sulawesi Selatan.

                  Setelah mendengar Keterangan Pemohon, DPR RI, Presiden,  Ahli Pemohon dan
                  Presiden, Saksi Presiden, maka pada tanggal 31 Oktober 2022, Mahkamah Konstitusi
                  telah  memutus  dalam  Sidang  Pengucapan  Putusan  terbuka  untuk umum  dengan
                  amar putusan “Menolak permohonan para Pemohon untuk seluruhnya.”


                  Dengan demikian, pengujian formil UU 13/2022 berkaitan dengan pembentukan
                  UU 13/2022  yang dianggap tidak sesuai dengan Pasal 5 huruf g UU 13/2022



            182     Penanganan Perkara Pengujian
                    Undang-undang Terhadap UUD 1945
   179   180   181   182   183   184   185   186   187   188   189