Page 185 - BUKU LAPORAN KINERJA DPR RI TS 2022-2023
P. 185

DPR MENGAWAL DEMOKRASI
                                                                            MENUJU INDONESIA MAJU







                     adalah  tidak  beralasan  menurut  hukum.  Mahkamah  Konstitusi  telah  menerima
                     dan mempertimbangkan Keterangan DPR RI beserta bukti-bukti  yang diajukan.
                     Dengan demikian, DPR RI telah melaksanakan fungsi legislasinya dengan baik, yaitu
                     membentuk UU 13/2022 secara formil yang sesuai dengan asas kedayagunaan dan
                     kehasilgunaan, asas kejelasan rumusan, dan asas keterbukaan. Selain itu, dalam
                     konteks pelaksanaan fungsi pengawasan atas undang-undang yang telah berlaku dan
                     diujikan di Mahkamah Konstitusi, DPR RI juga konsisten menyampaikan keterangannya
                     pada setiap pengujian undang-undang.

                     2. Penanganan Perkara dalam Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 7 Tahun
                     2017 tentang Pemilihan Umum


                     Pengujian materiil terhadap Undang–Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu
                     (Undang–Undang Pemilu) didasari oleh adanya permohonan pengujian undang-
                     undang yang diajukan oleh kader politik. Mereka berpendapat bahwa pemberlakuan
                     sistem proporsional terbuka di Indonesia melalui beberapa pasal dalam Undang–
                     Undang Pemilu (yaitu Pasal 168 ayat (2), Pasal 342 ayat (2), Pasal 353 ayat (1) huruf
                     b, Pasal 386 ayat (2) huruf b, Pasal 420 huruf c dan d, Pasal 422, dan Pasal 426 ayat
                     (3)) menyebabkan persaingan tidak sehat dalam politik. Mereka mengkritik sistem
                     ini karena cenderung mengedepankan popularitas dan kekuatan modal, serta
                     menyebabkan individualisme di kalangan politisi dan konflik internal di partai politik.

                     Prinsip utama dibalik pembentukan Undang–Undang Pemilu adalah untuk
                     menyederhanakan, menyelaraskan, dan menggabungkan pengaturan Pemilu  yang
                     sebelumnya terdapat dalam tiga undang-undang terpisah,  yaitu Undang–Undang
                     Nomor  42  Tahun 2008  tentang Pemilihan Umum  Presiden dan  Wakil  Presiden,
                     Undang–Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, dan
                     Undang–Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD,
                     dan DPRD. Undang–Undang Pemilu juga bertujuan untuk menjawab dinamika politik
                     terkait pengaturan penyelenggara dan peserta Pemilu, sistem pemilihan, manajemen
                     pemilu, dan penegakan hukum dalam satu undang-undang yang komprehensif.


                     Setelah Mahkamah Konstitusi membaca dan mendengarkan keterangan dari berbagai
                     pihak, seperti Pemohon, DPR RI, Presiden, KPU, serta ahli, dan memeriksa bukti-bukti
                     yang disajikan, pada tanggal 15 Juni 2023, Mahkamah Konstitusi mengeluarkan putusan
                     terbuka untuk umum dengan amar putusan “Menolak permohonan atas Pemohon
                     untuk seluruhnya.” Dengan demikian, pengujian materiil atas Undang–Undang Pemilu
                     terkait sistem proporsional terbuka dianggap tidak beralasan menurut hukum.








                                                                 Laporan Kinerja DPR RI Tahun Sidang  2022–2023  183
   180   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190