Page 17 - BUKU LIMA - DINAMIKA DAN PERANAN DPR RI DALAM MEMPERBAIKI KEHIDUPAN BERNEGARA PADA ERA REFORMASI 1998-2018
P. 17
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
signifikan, mulai pada bulan Juli 1997, hingga bulan Agustus nilai mata
uang rupiah sudah menurun 9%. Bank Indonesia sendiri mengakui
bahwa ia tidak bisa membendung rupiah yang semakin merosot.
4
Kepanikan dan rasa was-was masyarakat seakan makin beralasan
ketika menjelang akhir Oktober, nilai tukar rupiah semakin merosot
menjadi Rp. 4.000/US$, dari sini rupiah kian terpuruk, bahkan pada
bulan Desember 1997 nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika
serikat mulai menyentuh angka Rp. 5.000/US$. Pada bulan Januari
1998, rupiah tenggelam hingga level sekitar Rp 17.000/US$, atau
kehilangan hampir 85% dari nilai asalnya. Imbas dari fenomena ini
kemudian sangat terasa, seperti contohnya pada sektor otomotif yang
terkena imbas dari perubahan nilai tukar tersebut. Kala itu, beberapa
perusahaan otomotif multinasional yang membangun perusahaannya
di Indonesia seperti Astra, Bimantara, Indomobil, dan Bakrie memilih
menunda pembangunan pabrik dan investasi mereka untuk dapat
bertahan dari fenomena merosot nilai tukar rupiah tersebut, di sisi lain
mereka juga memilih opsi untuk menurunkan produksi, mengurangi
gaji, dan bahkan melakukan kebijakan PHK. 5
Seiring waktu, keadaan semakin lama semakin memburuk,
barang-barang kebutuhan pokok mulai langka ditemui dan dibeli
oleh masyarakat, hal ini tentunya menimbulkan kepanikan, banyak
masyarakat kala itu yang resah akibat melonjaknya barang-barang
kebutuhan pokok di pasaran mulai melakukan kegiatan pemborongan
besar-besaran atas barang-barang kebutuhan pokok yang berada di
sejumlah swalayan yang ada, pemerintah pun sebenarnya tidak tinggal
diam dan dalam hal ini mencoba untuk menenangkan keadaan, namun
agaknya hal tersebut tidak banyak membuahkan hasil.
Berawal dari kepanikan dan perasaan resah tersebut, segala
kebuntuan masyarakat akan hajat hidupnya yang mulai terenggut
akibat krisis ekonomi ini kemudian berangsur-angsur menjadi
sebuah gejolak sosial dan penjarahan yang dilakukan oleh masyarakat
terhadap berbagai toko kebutuhan pokok atau sembako, seperti
penjarahan barang kebutuhan pokok yang dilakukan sekelompok
orang di daerah Banyuwangi. Segala dampak negatif ini kemudian
6
semakin meluas tidak mengenal ampun, tanpa bisa dicegah, serta mulai
memporakporandakan segala macam yang ada. Akibat akibat krisis
4 M.C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern : 1200-2008, Jakarta : Penerbit Mizan, 2008. Hal. 687.
5 Media Indonesia, 3 Januari 1998.
6 Media Indonesia, 9 Januari 1998, terkait dengan kegiatan penjatahan lihat juga Media Indonesia,
18 Januari 1998.
dpr.go.id 10