Page 57 - BUKU LIMA - DINAMIKA DAN PERANAN DPR RI DALAM MEMPERBAIKI KEHIDUPAN BERNEGARA PADA ERA REFORMASI 1998-2018
P. 57
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
sisa suara yang berhasil didapatkan oleh partai-partai lain namun
belum dapat menembus ambang batas daripada electoral threshold,
sesuai ketentuan dari UU No 3 Tahun 1999 tentang pemilihan umum,
pada akhirnya tidak dapat lagi untuk dapat berkompetisi untuk dapat
menaruh perwakilan-perwakilannya di DPR pada pemilu berikutnya. 71
Berdasarkan hasil daripada pemilu 1999 tersebut, dapat
dianalisis bahwa partai-partai lama pada masa kekuasaan Orde
Baru masih mendominasi daripada perolehan suara dalam gelaran
pesta demokrasi tersebut. Hal ini tercermin dari kedigdayaan Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Golongan Karya (Golkar),
serta Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang menjadi tiga besar
dari perolehan suara terbanyak dalam pemilu pertama pada masa
reformasi. Hal ini sendiri dapat sebenarnya dapat diterka, mengingat
...desa yang pada bahwa ketiga partai tersebut sudah mempunyai infrastruktur dan
masanya tidak dapat mesin partai yang baik sebelumnya, serta telah mempunyai akar yang
kuat diantara pemilih yang telah berlangsung selama puluhan di bawah
dijangkau oleh partai-
pemerintahan Soeharto. Bahkan Golkar sendiri sudah mempunyai
partai lain akibat dari basis massa yang cukup dalam, mencakup kecamatan, dan bahkan
pengorganisasian desa yang pada masanya tidak dapat dijangkau oleh partai-partai lain
72
massa mengambang akibat dari pengorganisasian massa mengambang (floating mass) ,
sebuah masyarakat apolitis guna di arahkan kepada kepentingan
(floating mass)...
pembangunan pemerintah yang lebih merupakan strategi daripada
Orde Baru pada dapat melanggengkan daripada kekuasaannya kala
itu.
Hal ini kemudian kekurangan tersendiri bagi para partai-
partai baru yang belum mempunyai basis massa yang kuat serta
loyal dan harus di uji dalam waktu singkat melalui pemilu yang
berlangsung pada bulan Juni tahun 1999 itu. Mereka dihadapkan
dengan pengkonsolidasian basis internal di bawah yang sebenarnya
merupakan permasalahan yang penting lagi pelik untuk dapat
membuat gebrakan, atau setidaknya memperpanjang nafas untuk
dapat berpartisipasi dalam gelaran pesta demokrasi selanjutnya. Tak
ayal, banyak partai-partai tersebut kemudian terganjal dan tidak
mendapatkan perolehan suara yang signifikan pada pemilu tersebut.
Hal ini sendiri terjadi pada partai-partai islam reformis, seperti Partai
71 Untuk lebih dapat mengetahui mengenai hal ini, Lihat Saifullah Ma’shum, KPU & Kontroversi
Pemilu 1999, Jakarta : Pustaka Indonesia Satu, 2001.
72 Istilah ini sendiri populer pada masa Orde Baru dengan Ali Moertopo sebagai pemikirnya, Untuk
lebih jelasnya mengenai hal ini, Lihat Ali Moertopo. Dasar-dasar Pemikiran Tentang Akselerasi
Modernisasi Pembangunan 25 Tahun, Jakarta : Yayasan Proklamasi, 1973. Hal. 96.
dpr.go.id 50