Page 49 - MAJALAH 106
P. 49

aat ditemui,  penuh keceriaan dengan kehadiran  Darmawangsa, Jakarta Selatan.
                              Agus berbusana  “jagoan kecil”. Kedua orangtua
                              batik, begitu ra-  sang bayi memberinya nama, Agus   Masa kecil penuh keceriaan.
                              pihnya. Busana  Gumiwang Kartasasmita. Setelah  Ia suka bermain bola bersama
                              khas Indone-    kelahiran Agus ini, masih ada dua  sahabat-sahabat kecilnya. Agus juga
                              sia ini, selalu ia  adiknya yang lahir kemudian. Jadi,  sangat suka bermain galasin dan
                              kenakan  saat  Agus adalah anak kedua dari empat  kasti. “Hampir semua permainan
                              bertugas meng-  bersaudara.                       rakyat saya suka,” katanya. Kecuali
              Shadiri rapat-                                                    permainan yang menggunakan
            rapat kerja di DPR RI. Busana batik   Ayah sang bayi adalah perwira  kelihaian jemari seperti gundu
            tak pernah lepas dari kesehariannya.  militer. Sementara ibundanya sosok  dan gasing, ia tak piawai memain-
            Kapan dan di mana pun bertemu  bersahaja yang sangat mencintai  kannya. Untuk permainan kasti,
            dengan seorang Agus Gumiwang  keluarga. Ayah dan ibunda Agus  Agus meneruskannya hingga
            Kartasasmita, batik melekat di tu-  berdarah sunda. Agus hidup di ten-  menyukai permainan bisball. Belum
            buhnya. Berbatik sudah menjadi ci-  gah keluarga yang penuh disiplin  banyak anak Jakarta ketika itu yang
            tra dirinya. Bisa dikatakan, tiada hari  dan religius. Masa kecil Agus di-  menyukai bisball.
            tanpa berbatik.

              Kepada Parlementaria, Agus ber-
            cerita banyak tentang masa kecil-
            nya di Ibu Kota dan romantika masa
            muda yang penuh kenakalan. Ia
            senang bisa berbagi kenangan dan
            pengalaman hidup. Bicara soal du-
            nia militer dan politik luar negeri,
            Agus adalah orang yang tepat un-
            tuk diajak bicara. Ia begitu interes
            dengan kebijakan politik makro di
            Indonesia.

            Antara Prestasi dan Kenakalan

              Jakarta, 1969. Kondisi Ibu Kota
            belum seramai seperti sekarang.
            Jalan  raya  relatif  lengang.
            Pemukiman belum padat. Gedung-
            gedung bertingkat juga belum
            banyak terlihat dan menjulang
            tinggi seperti saat ini. Yang terlihat
            justru rawa-rawa, lahan kosong
            dengan pepohanan rindang, dan
            pemukiman kumuh.

              Sementara itu, sepasang insan
            sedang berbahagia, karena segera  habiskan di Jakarta, karena kebetu-  Bahkan, ia sempat  masuk club
            dikaruniai anak kedua. Kediamannya  lan ayahnya bertugas di Ibu Kota ini.  bisball satu-satunya di Jakarta waktu
            berada di  kawasan Cilandak,                                        itu, bernama Falcon. Agus begitu
            Jakarta Selatan. Adalah Ginandjar   Agus tumbuh menjadi anak  gandrung pada bisball, hingga ia
            Kartasasmita dan Yultin Harlotina  yang periang dan suka bermain.  pernah mengikuti kejuaraan bisball
            yang  sedang  berbahagia  itu.  Keingintahuannya pada sesu atu  junior antarkota se-Asia di Taipei. Ia
            Tangis bayi mungil telah memecah  begitu besar mengikuti perkem-    mewakili Jakarta ketika itu. Karena
            kesunyian dan ketegangan. Tahmid  bangan hidupnya. Kawasan Jakarta  peminat bisball sangat sedikit di
            tiada henti terucap sebagai ungkapan  Selatan, merupakan tempat Agus  Jakarta, maka clubnya menarik anak-
            rasa syukur telah dikarunia anak  kecil dahulu bermain. Di tahun  anak orang asing yang kebetulan
            kedua berjenis kelamin laki-laki.   1970-an kawasan ini masih tanah  bersekolah  di  Jakarta.  Anak  asli
                                              kosong dan berawa-rawa. Dahulu,  Indonesianya sendiri hanya 2 orang
              Kalender yang tergantung di  Agus punya motor kecil yang  termasuk Agus.
            dinding menunjukkan 3 Januari 1969.  kerap ia kendarai di sekitar rawa
            Kini, kediaman Ginandjar dan Yultin,  yang sekarang menjadi jalan arteri   Memasuki usia sekolah, pendidik-


                                                                                PARLEMENTARIA  EDISI 106 TH. XLIII, 2013  49
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54