Page 54 - MAJALAH 140
P. 54
PROFIL
pemandangan yang memilukan. Di Stasiun Tj. Priok, Menjadi Politisi
Ali melihat sepasang gembel sedang makan sambil Ali kini tumbuh menjadi pemuda kritis dan rajin
berpelukan dan menangis. Ali pun menangis menyaksikan berorganiasi. Fisiknya yang berkulit hitam dan rambut
pemadangan yang menyayat hatinya itu. Malamnya, kriting sangat mudah dikenali di sekolah. Ali begitu populer.
baru dijemput Umar. Melihat tugu Monas dan gedung Saat duduk di kelas II SMA, Ali terpilih menjadi Ketua OSIS.
bertingkat di Jakarta juga tak membuat Ali kagum, karena Di SMA ini pula, Ali yang menggagas salat Jumat dan taraweh
di kampung ada pohon kelapa dan rumah di atas bukit bersama di sekolah, sekaligus menggagas pembagian
yang jauh lebih tinggi menjulang. Jakarta tak seindah bingkisan untuk para tukang becak di Pal Merah dan Slipi.
yang dibayangkan. Permainan hoki sangat digemari Ali saat duduk di SMA.
Ber sama sang kakak, Ali ting gal di ka wasan Slipi, Sementara jurusan yang diambilnya adalah IPS. Ia sangat
per sis di bela kang PN Jakarta Barat sekarang. Kelas VI menyukai pelajaran ilmu bumi, PMP, dan ilmu tata negara,
SD pun diselesaikannya di SDN 1 Slipi Petang, tahun selain tentunya ilmu sejarah.
1974. Setahun tinggal di rumah kakak, Ali memutuskan Kepala SMA-nya waktu itu Ibu Pratiwi dan Wakilnya Pak
menjadi penjaga TK Aisyiyah dan SMP Muhammdiyah di Hadi. Ali masih ingat betul kebaikan para gurunya di sekolah.
Slipi. Ia ingin hidup mandiri. Dan Ali pun mulai bersekolah Pak Hadi, misalnya, tahu keseharian Ali yang hidup miskin.
di SMP Muhammadiyah 26 Slipi. Uniknya, setiap kali ke Walau Ketua OSIS, tapi Ali tak mampu membayar uang SPP
sekolah, Ali selalu membawa paku dan palu. Ia kerap sekolah. Pak Hadilah yang membiayai sekolah Ali selama
memperbaiki kursi dan meja kelas yang rusak tanpa ada di SMA. Takdir Ali, memang, selalu berada di lingkungan
yang memerintahnya. terbaik yang membantunya
Sang kepala sekolah Pak menuju puncak kesuksesan.
Ali Yasin tertegun ketika Inilah buah dari kesabaran dan
melihat Ali begitu rajin keikhlasannya.
memperbaiki kursi kelas “Di balik kesulitan ada
dengan inisiatif sendiri. kemudahan,” begitu Ali
Di hari berikutnya, istri mengutip ayat suci Al Quran,
kepala sekolah yang mengomentari perjalanan
kebetulan Ketua Aisyiyah hidupnya. Ali juga orang yang
cabang Slipi Ibu Tursina selalu mengingat pesan-pesan
Yasin melihat Ali sedang kearifan ayahnya. Kejujuran
menyapu halaman TK dijunjung tinggi. Yang bukan
yang bersebelahan dengan haknya tak boleh diambil. Ia tak
SMP Muhammadiyah pernah berburuk sangka pada
tempat Ali bersekolah. Ibu Ali Taher berada di tengah-tengah masyarakat siapa pun. Bahkan, ayahnya
Tursina juga tertegun dan pernah berpesan pada Ali agar
tak boleh membangun rumah
bersimpati pada Ali kecil ketika menceritakan jati lebih bagus daripada masjid. Religiusitas dan jiwa sosial
dirinya yang sudah tak memiliki ibu dan ayahnya jauh di ayahnya menjadi teladan Ali sepajang masa. Ayahnya adalah
kampung halaman. seorang pejuang keluarga.
Ibu Tursina kemudian mengangkat Ali sebagai
Memasuki tahun 1981, Ali menamatkan SMA dan
anak asuh binaan Aisyiyah yang dipimpinnya. Bersama melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum, Universistas
penjaga TK lainnya Ahmad Nasir, Ali tinggal di belakang Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Kampusnya berada di
sekolah. Dan Nasirlah yang pertama kali meminta kawasan Kramat, Jakarta Pusat. Di awal perkulihan, Ali
Ali tinggal di sekolah sebagai penjaga sebelum resmi menyewa kamar persis di belakang RS Dharmais Jakarta
jadi anak asuh Aisyiyah. Nasir pula yang pertama kali Barat. Dari Dharmais hingga ke Kramat, ia naik dua kali bus
membiayai sekolah Ali. Ketika itu uang SPP-nya masih setiap kali berangkat kuliah.
Rp1050 per bulan. Tapi kemudian Nasir beralih profesi Suatu hari, Ali tak memiliki ongkos untuk naik bus.
jadi kondektur bus PPD. Terpaksa ia berjalan kaki dari kampusnya di Kramat hingga
“Setelah itu, saya resmi jadi anak asuh Pak Yasin dan ke Dharmais di Slipi. Sepanjang jalan Ali menangis, lantaran
Bu Yasin. Saya dikasih honor per bulan Rp3.500 dan beras menahan rasa lapar yang mendera. Itu sepenggal kenangan
3,5 liter berikut pakaian dan buku tulis. Selain menjaga pahit saat menjadi mahasiswa. Di kampusnya, Ali dikenal
sekolah, saya juga menjaga perpustakaan. Di situlah sebagai pendiri sekaligus komandan pertama Resimen
saya mulai banyak membaca, belajar mengaji, sekaligus Mahasiswa (Menwa).
membantu acara-acara kegiatan Muhammadiyah,” Selain organisasi kampus, berbagai organisasi
kenang Ali. Tamat SMP tahun 1977, Ali melanjutkan ke kepemudaan juga pernah digeluti mantan Penasihat Majelis
SMAN 16 Palmerah, Jakarta Barat, sambil tetap menjadi Ekonomi Muhammadiyah ini. Selain di IMM dan IPM,
pejaga sekolah. Pemuda Ali tercatat pernah menjadi pengurus BEM UMJ dan
54 l PARLEMENTARIA EDISI 140 TH. XLVI - 2016